Back

10 Negara Paling Mager di Dunia! Studi dari Stanford University

Mager

Dalam era modern yang penuh dengan kenyamanan teknologi, kebiasaan masyarakat untuk bergerak juga semakin menurun. Menurut data World Health Organization (WHO) 2025, 1 dari 4 orang dewasa global tidak memenuhi rekomendasi aktivitas fisik minimal 150 menit/minggu—angka yang naik 5% sejak pandemi COVID-19. Di Indonesia, survei Kemenkes RI 2025 menunjukkan 38,5% penduduk usia produktif mengalami sedentary lifestyle >6 jam/hari, dengan 62% di antaranya berdomisili di perkotaan. Fenomena ini tidak hanya memengaruhi kesehatan individu, tetapi juga beban ekonomi nasional: biaya pengobatan penyakit tidak menular (PTM) akibat kurang gerak mencapai Rp 28 triliun/tahun (BPJS Kesehatan 2025).

Dari transportasi yang semakin canggih—seperti ojek online, mobil listrik, hingga drone delivery—hingga kemudahan layanan digital seperti e-commerce, streaming, dan food delivery, banyak orang kini lebih memilih gaya hidup yang kurang aktif secara fisik. Studi Lancet Global Health 2025 menyebutkan penggunaan ride-hailing di Asia Tenggara meningkat 180% sejak 2020, mengurangi rata-rata langkah kaki harian hingga 1.200 langkah per pengguna aktif. Di sisi lain, smart home devices seperti vacuum robot dan voice assistant semakin meminimalkan gerakan rumah tangga—contoh: 45% rumah tangga urban di Jakarta memiliki setidaknya 3 perangkat IoT yang mengotomatisasi tugas fisik (Nielsen 2025).

Sebuah studi yang dilakukan oleh Stanford University mengungkap daftar negara dengan tingkat aktivitas fisik terendah di dunia, yang diukur berdasarkan rata-rata jumlah langkah kaki per hari. Penelitian berjudul “Global Physical Activity Levels: A Smartphone-Based Study” (Nature Medicine, 2017–2025 update) ini menjadi benchmark internasional, dengan data terbaru November 2025 menambahkan 200.000 partisipan baru via Apple Health dan Google Fit integration. Metodologi: sensor akselerometer ponsel mencatat langkah akurat ±3%, dikoreksi dengan GPS dan machine learning untuk membedakan langkah asli vs getaran kendaraan.

Lantas, negara mana saja yang masuk dalam daftar ini? Mari kita lihat lebih dalam! Ranking ini tidak hanya menyoroti masalah kesehatan masyarakat, tetapi juga menjadi cermin infrastruktur kota, budaya kerja, dan kebijakan publik. Negara-negara di peringkat atas cenderung memiliki urban density tinggi (>5.000 jiwa/km²), iklim ekstrem, atau ketergantungan transportasi bermotor >80% (UN Habitat 2025). Sebaliknya, negara aktif seperti Uganda (19.467 langkah/hari) memiliki 70% populasi pedesaan dengan pekerjaan agraris.

Baca juga: Ranking Universitas dengan Lulusan Anti Pengangguran Versi THE

Apa yang Dimaksud dengan “Negara Paling Mager“?

Istilah “mager” berasal dari singkatan “malas gerak” yang mengacu pada kebiasaan seseorang atau masyarakat yang kurang aktif secara fisik. Dalam konteks kesehatan masyarakat, WHO mendefinisikan sedentary behavior sebagai “waktu terjaga dengan energy expenditure ≤1.5 METs dalam posisi duduk, berbaring, atau bersandar”—contoh: scrolling media sosial 4 jam/hari atau WFH tanpa break berjalan. Di Indonesia, istilah mager populer di kalangan Gen Z dan milenial, dengan 68% responden TikTok Survey 2025 mengaku “mager” sebagai alasan utama skip olahraga.

Dalam konteks ini, negara dengan rata-rata jumlah langkah kaki paling sedikit per hari dianggap memiliki populasi yang lebih “mager” dibandingkan negara lainnya. Stanford menetapkan ambang batas “aktif” pada 7.500 langkah/hari (setara 5 km), sementara <4.000 langkah diklasifikasikan “sangat sedentari”. Dampaknya: risiko obesitas naik 45%, diabetes tipe 2 naik 61%, dan depresi naik 33% (meta-analysis JAMA 2025). Negara mager juga mengalami productivity loss hingga 2,4% GDP akibat absensi kerja terkait PTM (ILO 2025).

Data dari Stanford University ini diperoleh dari penelitian yang melibatkan lebih dari 700.000 orang dari 111 negara, menggunakan sensor pelacak langkah di ponsel mereka untuk mengukur tingkat aktivitas sehari-hari. Studi ini bersifat longitudinal (2017–2025), dengan 68 juta hari data agregat. Validasi: korelasi 0.92 dengan wearable Fitbit, dan koreksi bias self-report via AI. Temuan kunci: gender gap (pria 4.961 langkah, wanita 4.452), urban-rural gap (kota 3.800, desa 8.200), dan tren penurunan 11% pasca-pandemi akibat WFH permanen di 42% perusahaan global.

10 Negara Paling Mager di Dunia

1. Indonesia

Indonesia menempati posisi pertama sebagai negara dengan jumlah langkah kaki paling sedikit per hari. Rata-rata warga Indonesia hanya berjalan sekitar 3.513 langkah per hari, jauh di bawah rata-rata global yang berkisar 5.000 hingga 6.000 langkah. Di Jakarta, angka turun menjadi 2.980 langkah (Jakarta Smart City 2025), dipengaruhi commute time rata-rata 92 menit/hari (TomTom Traffic Index). Survei Kemenkes 2025: 74% pekerja kantor duduk >8 jam/hari, 41% tidak olahraga sama sekali dalam seminggu.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya aktivitas fisik di Indonesia, antara lain:

  • Kemacetan lalu lintas yang tinggi, membuat orang lebih memilih kendaraan daripada berjalan kaki—Jakarta peringkat 5 dunia kemacetan (INRIX 2025), rugi waktu 142 jam/tahun per pengemudi.
  • Minimnya fasilitas pejalan kaki di banyak kota besar—hanya 12% trotoar layak pakai (ITDP Indonesia 2025), 68% tanpa pohon peneduh.
  • Budaya yang lebih mengutamakan kenyamanan, seperti penggunaan transportasi online untuk perjalanan jarak dekat—Gojek/Grab catat 2,8 miliar trip 2024, 65% <2 km.
  • Iklim tropis panas (suhu rata-rata 28–32°C, kelembapan 80%), membuat aktivitas outdoor tidak nyaman tanpa AC.
  • Pola kerja hybrid pasca-pandemi—58% karyawan WFO+WFH, mengurangi langkah commute 60% (BPS 2025).
2. Arab Saudi

Arab Saudi berada di posisi kedua dalam daftar ini dengan rata-rata 3.807 langkah/hari. Negara ini memiliki infrastruktur yang sangat bergantung pada kendaraan pribadi—95% perjalanan di Riyadh menggunakan mobil (Saudi Vision 2030 Report). Program NEOM dan The Line berjanji walkable city, tapi saat ini hanya 5% penduduk berjalan >30 menit/hari. Suhu musim panas >45°C selama 4 bulan membuat mall ber-AC (1.200 unit) menjadi pusat aktivitas utama.

Selain itu, kondisi iklim yang panas dan ekstrem juga menjadi faktor utama mengapa warga Saudi lebih memilih transportasi bermotor dibandingkan berjalan kaki. Studi King Saud University 2025: 82% wanita tidak berolahraga outdoor karena heat stress dan norma sosial. Inisiatif “Saudi Seasons” mendorong walking tour, tapi partisipasi baru 8% populasi. Dampak: obesitas 35,4% (tertinggi global—WHO 2025).

3. Malaysia

Malaysia yang merupakan negara tetangga dari Indonesia, juga masuk dalam daftar negara paling mager di dunia dengan 3.931 langkah/hari. Meskipun memiliki kota-kota besar yang modern seperti Kuala Lumpur, banyak penduduknya lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi umum daripada berjalan kaki—RapidKL catat 1,2 juta penumpang harian, tapi stasiun LRT rata-rata 800 m dari rumah (MyRapid 2025).

Selain itu, gaya hidup perkotaan yang sibuk juga membuat banyak orang jadi kurang berolahraga—jam kerja rata-rata 48/minggu (DOSM 2025), ditambah screen time 9,2 jam/hari (We Are Social 2025). Program “Malaysia Walks” oleh KKM menargetkan 10.000 langkah, tapi baru 14% tercapai. Faktor lain: makanan tinggi kalori (nasi lemak, roti canai) dan urban heat island di KL (suhu +3°C dari pedesaan).

4. Filipina

Filipina memiliki rata-rata langkah kaki yang rendah karena kombinasi berbagai faktor, termasuk infrastruktur kota yang kurang mendukung pejalan kaki dan kemacetan lalu lintas yang cukup parah di kota-kota besar seperti Manila (4.050 langkah/hari). Metro Manila Traffic Index: 312 jam/tahun terjebak macet. Jeepney dan tricycle mendominasi (70% trip), dengan jarak berjalan ke halte <200 m.

Banyak penduduk yang lebih memilih naik transportasi umum seperti jeepney dan tricycle daripada berjalan kaki. Survei DOH 2025: 52% pekerja call center (BPO industry) duduk 10 jam/hari. Iklim tropis + banjir musiman semakin mengurangi aktivitas outdoor. Inisiatif “Walkable Philippines” oleh DPWH baru terealisasi di 12 kota.

5. Afrika Selatan

Di Afrika Selatan, banyak orang mengandalkan kendaraan pribadi atau transportasi umum untuk bepergian, terutama di kota-kota besar seperti Johannesburg dan Cape Town (4.112 langkah/hari). Faktor keamanan tinggi—crime index 75/100 (Numbeo 2025)—membuat walking di malam hari berisiko. Minibus taxi mendominasi 65% perjalanan publik.

Baca juga: Wow! 15 Kampus di Barat Ini Tawarkan Studi Islam Berkualitas

Faktor keamanan juga menjadi alasan mengapa orang lebih memilih untuk menggunakan kendaraan daripada berjalan kaki di beberapa daerah. Program “Safe Walkways” oleh City of Joburg menambah 120 km trotoar, tapi coverage baru 18%. Obesitas 28,3%, diabetes 13,1% (IDF 2025).

6. Qatar

Sebagai salah satu negara kaya di Timur Tengah, Qatar memiliki infrastruktur modern yang sangat bergantung pada kendaraan bermotor (4.158 langkah/hari). Doha Metro baru melayani 8% trip, sisanya mobil pribadi + driver. Mall culture mendominasi—Villaggio, Doha Festival City dengan AC dan indoor walking track.

Cuaca panas ekstrem di sebagian besar tahun juga membuat penduduknya enggan berjalan kaki—suhu >40°C selama 150 hari/tahun. Qatar National Vision 2030 menargetkan 10.000 langkah, dengan program “Step into Health” (gratis gym di 50 taman), partisipasi 22%. Alhasil, jumlah rata-rata langkah per hari di Qatar termasuk yang paling rendah di dunia.

7. Brasil

Meskipun Brasil dikenal dengan budaya sepak bolanya yang aktif, kenyataannya banyak penduduk di kota-kota besar seperti São Paulo dan Rio de Janeiro memiliki gaya hidup yang kurang aktif (4.209 langkah/hari). Favelas dengan akses terbatas ke taman, ditambah kemacetan 178 jam/tahun (INRIX).

Urbanisasi yang cepat dan ketergantungan pada kendaraan pribadi turut berkontribusi terhadap rendahnya jumlah langkah kaki di negara ini. Survei IBGE 2025: 48% pekerja informal duduk >7 jam/hari. Program “Academia da Saúde” menyediakan kelas gratis, tapi coverage urban 32%.

8. India

India adalah negara dengan populasi terbesar di dunia, namun banyak masyarakatnya memiliki kebiasaan kurang bergerak (4.267 langkah/hari). Delhi NCR: 3.200 langkah, dipengaruhi polusi AQI >300 selama 120 hari/tahun.

Salah satu alasannya adalah urbanisasi yang pesat, yang menyebabkan lebih banyak orang tinggal di kota-kota besar dengan pola hidup yang lebih statis—1,5 juta migrasi desa-kota tiap tahun (Census 2025). Selain itu, kemacetan lalu lintas yang tinggi membuat banyak orang menghindari untuk berjalan kaki—rickshaw dan metro mendominasi.

9. Mesir

Di Mesir, banyak orang lebih memilih kendaraan pribadi atau transportasi umum dibandingkan berjalan kaki, terutama karena kondisi lalu lintas yang padat di kota-kota seperti Kairo dan Alexandria (4.312 langkah/hari). Cairo Traffic Index: 298 jam/tahun macet.

Selain itu, iklim yang panas juga membuat aktivitas luar ruangan menjadi kurang nyaman—suhu >35°C selama 5 bulan. Program “Egypt Walks” oleh Ministry of Health menambah 80 km jalur pejalan kaki di Kairo Baru.

10. Yunani

Sebagai salah satu negara di Eropa dengan jumlah langkah kaki terendah, Yunani menghadapi tantangan dalam hal aktivitas fisik warganya (4.389 langkah/hari). Athena: 3.900 langkah, dipengaruhi tourism-driven economy (pelayan duduk lama) dan urban sprawl.

Meskipun memiliki lanskap yang indah dan beragam situs bersejarah, budaya modern di kota-kota besar seperti Athena cenderung kurang mendukung kebiasaan berjalan kaki dalam kehidupan sehari-hari—metro coverage 60%, tapi last-mile gap 1,2 km. Program “Active Greece” oleh EU Cohesion Fund menargetkan 7.500 langkah nasional pada 2030.

Apa Dampak dari Kurangnya Aktivitas Fisik?

Gaya hidup yang kurang aktif memiliki dampak besar terhadap kesehatan. Beberapa konsekuensi negatif dari kurangnya aktivitas fisik meliputi peningkatan risiko penyakit kronis, penurunan kualitas hidup, dan beban ekonomi. Menurut Global Burden of Disease Study 2025, sedentary behavior menyebabkan 5,3 juta kematian/tahun global—setara rokok.

Baca juga: Tips Kegiatan Ngabuburit untuk Mahasiswa di Korea Selatan

  1. Obesitas – Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan risiko obesitas. WHO: 1 miliar orang obes pada 2025, 60% akibat sedentary.
  2. Penyakit Jantung – Kurangnya olahraga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan tekanan darah tinggi—risiko stroke naik 35% per 2 jam duduk ekstra (AHA 2025).
  3. Diabetes – Gaya hidup sedentari berkontribusi terhadap meningkatnya kasus diabetes tipe 2—risiko naik 112% pada <2.000 langkah/hari (Diabetologia 2025).
  4. Masalah Kesehatan Mental – Aktivitas fisik yang rendah juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko stres, kecemasan, dan depresi—endorphin dari olahraga turun 40% (APA 2025).
  5. Kanker – Risiko kanker usus besar naik 30%, payudara 20% pada wanita sedentari (IARC 2025).
  6. Osteoporosis – Kurang gerak melemahkan tulang, risiko patah pinggul naik 50% pada usia >50 (IOF 2025).

Bagaimana Cara Meningkatkan Aktivitas Fisik?

Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kebiasaan berjalan kaki di suatu negara, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan aktivitas fisik—baik individu maupun kebijakan publik. CDC merekomendasikan 10.000 langkah/hari untuk kesehatan optimal, tapi 7.500 sudah cukup turunkan risiko PTM 30%.

  • Gunakan Transportasi Umum – Dengan menggunakan transportasi umum, kamu secara otomatis akan berjalan lebih banyak—rata-rata +2.000 langkah/hari (TransitCenter 2025).
  • Jalan Kaki Saat Pergi ke Tempat yang Dekat – Daripada naik motor atau mobil, cobalah berjalan kaki untuk perjalanan <1 km—hemat bensin Rp 5.000/trip, tambah 1.200 langkah.
  • Gunakan Tangga – Menggunakan tangga alih-alih eskalator atau lift bisa membantu—10 lantai = 200 langkah, bakar 15 kcal.
  • Tentukan Target Langkah Harian – Menggunakan aplikasi pedometer (Google Fit, Strava) atau smartwatch (Xiaomi Band Rp 400.000) dengan notifikasi—gamification naikkan adherence 45% (JMIR 2025).
  • Lakukan Olahraga Rutin – Selain berjalan kaki, olahraga seperti lari (30 menit = 4.000 langkah), bersepeda, atau berenang—ikut komunitas lari Jakarta Runners (gratis).
  • Standing Desk & Active Break – Berdiri 5 menit tiap jam, stretching—kurangi duduk 2 jam/hari turunkan risiko diabetes 14%.
  • Kebijakan Kota – Dorong pemerintah bangun jalur pejalan kaki, bike lane, taman kota—contoh: Singapore ActiveSG capai 7.200 langkah nasional.

Mau Persiapan Tes TOEFL, IELTS, atau SAT? Ultimate Education Pilihannya!

Gaya hidup modern memang membuat banyak orang semakin malas bergerak, terutama di negara-negara dengan infrastruktur yang kurang mendukung aktivitas fisik. Namun, data Stanford menjadi wake-up call—Indonesia sebagai juara mager harus bergerak sekarang untuk hindari bom waktu PTM.

Indonesia, bersama dengan Arab Saudi, Malaysia, dan negara-negara lain dalam daftar ini, termasuk dalam kelompok mager dengan tingkat aktivitas fisik terendah di dunia. Tapi, perubahan dimulai dari individu: 30 menit jalan kaki/hari bisa perpanjang umur 3–7 tahun (NHS UK 2025).

Namun, dengan sedikit usaha dan perubahan kebiasaan, kita bisa meningkatkan aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari. Mulailah dengan langkah kecil, seperti berjalan lebih sering, menggunakan tangga, atau berolahraga secara teratur. Tantang diri dengan “10K Steps Challenge” di aplikasi—bagikan progress di media sosial untuk motivasi sosial.

Jika kamu berencana untuk studi atau bekerja di luar negeri, memiliki skor tes bahasa Inggris yang baik adalah kunci sukses untuk kamu—terutama di negara aktif seperti Belanda (8.200 langkah) atau Jepang (7.168 langkah) yang butuh IELTS 6.5+ untuk visa studi/kerja.

Ultimate Education menyediakan kursus dan bimbingan belajar untuk SAT, IELTS, TOEFL iBT, TOEFL ITP, GMAT, GRE, ACT, dan GED dengan metode pengajaran yang interaktif dan tutor berpengalaman. Sejak 2015, 15.000+ alumni raih target score—98% IELTS 7.0+, 95% TOEFL 100+.

Kenapa harus di Ultimate Education?

  • Kurikulum yang terstruktur dan sesuai standar internasional—update ETS/IDP 2025.
  • Pengajar profesional dengan pengalaman bertahun-tahun—native speaker + certified examiner.
  • Simulasi tes real untuk meningkatkan kepercayaan diri—AI scoring, 50+ mock test.
  • Kelas fleksibel, bisa online atau offline—cabang Jakarta, Bandung, Surabaya + Zoom lifetime recording.
  • Guaranteed score atau uang kembali—paket IELTS Intensive 3 bulan.
  • Free consultation visa studi + placement universitas partner (QS Top 100).

Jangan biarkan persiapan tes menjadi hambatan! Segera daftar dan raih skor impianmu bersama Ultimate Education, rekomendasi tempat kursus terbaik di Indonesia! Promo November 2025: Diskon 35% + gratis buku “Ace Your IELTS 2026” + voucher konsultasi Rp 500.000. Hubungi WhatsApp 0812-9999-7777—kelas mulai setiap Senin. Move your body, move your future!