Back

Ini Dia Kota-Kota di Luar Negeri yang Walkable untuk Kuliah

kota walkable untuk kuliah

Dalam memilih destinasi untuk melanjutkan studi ke luar negeri, para calon mahasiswa sering kali mempertimbangkan berbagai faktor seperti kualitas pendidikan, biaya hidup, budaya, dan tentunya kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Faktor-faktor ini tidak hanya mempengaruhi pengalaman akademik, tapi juga kesehatan mental, produktivitas belajar, dan kemampuan beradaptasi di lingkungan baru. Menurut survei QS Student Cities 2025, lebih dari 65% mahasiswa internasional menempatkan “kemudahan mobilitas harian” sebagai prioritas utama setelah kualitas universitas—naik 15% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memilih kota yang mendukung gaya hidup aktif dan mandiri.

Salah satu aspek kenyamanan yang semakin diperhatikan adalah walkability, atau tingkat kemudahan berjalan kaki di sebuah kota. Konsep walkability bukan sekadar tentang jarak, tapi juga infrastruktur, keamanan, estetika, dan integrasi dengan fasilitas publik. Kota dengan skor walkability tinggi (di atas 70 menurut Walk Score) biasanya memiliki trotoar lebar, pencahayaan malam yang baik, jalur pejalan kaki terpisah dari kendaraan, serta banyak ruang hijau yang mengundang untuk berjalan santai. Bagi mahasiswa, ini berarti lebih sedikit stres karena terlambat ke kelas, lebih banyak waktu untuk belajar atau bersosialisasi, dan penghematan signifikan dari biaya transportasi bulanan.

Kota yang walkable memudahkan mahasiswa untuk menjangkau kampus, tempat tinggal, toko, pusat hiburan, dan fasilitas umum lainnya tanpa harus bergantung pada0 kendaraan pribadi. Ini bukan hanya hemat biaya—bisa menghemat hingga €200–€400 per bulan dibandingkan kota yang bergantung pada mobil—tapi juga ramah lingkungan dan menyehatkan. Berjalan kaki 30 menit sehari dapat memenuhi rekomendasi WHO untuk aktivitas fisik, menurunkan risiko obesitas, dan meningkatkan konsentrasi belajar. Selain itu, kota walkable sering kali memiliki tingkat polusi udara lebih rendah, sehingga mendukung kesehatan pernapasan jangka panjang—penting bagi mahasiswa yang menghabiskan 4–6 tahun di sana.

Bagi mahasiswa internasional yang baru beradaptasi dengan lingkungan baru, tinggal di kota yang ramah pejalan kaki memberikan banyak kemudahan dan rasa aman. Anda tidak perlu langsung menguasai sistem transportasi umum yang rumit atau khawatir tentang biaya taksi malam hari. Berjalan kaki juga menjadi cara terbaik untuk mengenal budaya lokal: melihat pasar tradisional, mendengar percakapan warga, atau menemukan kafe tersembunyi yang tidak terdeteksi di Google Maps. Insight dari alumni: 80% mahasiswa di kota walkable melaporkan tingkat kepuasan hidup lebih tinggi dalam 3 bulan pertama dibandingkan di kota besar yang padat kendaraan.

Berikut ini adalah empat kota luar negeri yang dikenal sangat walkable dan cocok sebagai tempat kuliah bagi mahasiswa internasional. Kota-kota ini dipilih berdasarkan skor Walk Score di atas 85, jumlah mahasiswa internasional yang tinggi, biaya hidup terjangkau, dan ketersediaan program studi berbahasa Inggris. Kami juga menyertakan tips praktis, estimasi biaya, dan cerita nyata dari mahasiswa Indonesia yang pernah tinggal di sana—semuanya untuk membantu Anda membuat keputusan yang lebih informed.

Baca juga: 7 Negara dengan Desain Paspor Paling Keren di Dunia – Inspirasi destinasi studi yang tidak hanya walkable, tapi juga estetis dan penuh warisan budaya.

1. Izmir (Turki) – Kota Pelajar di Tepi Laut Aegea

Terletak di tepi pantai barat Turki, Izmir adalah kota ketiga terbesar di negara ini dan menjadi salah satu destinasi favorit bagi mahasiswa internasional. Dengan populasi sekitar 4,5 juta jiwa, Izmir menawarkan keseimbangan sempurna antara kota metropolitan dan suasana santai pesisir. Kota ini sering disebut sebagai “mutiara Aegea” karena pantainya yang indah, iklim Mediterania yang hangat (rata-rata 25°C sepanjang tahun), dan biaya hidup yang hanya 40–50% dari kota-kota Eropa Barat. Menurut data Numbeo 2025, biaya bulanan untuk mahasiswa (termasuk sewa, makan, transportasi) berkisar Rp8–12 juta—sangat terjangkau untuk standar Eropa.

Kota ini memiliki kombinasi sempurna antara modernitas dan sejarah kuno, serta menawarkan gaya hidup yang santai dan biaya hidup yang relatif terjangkau. Anda bisa menikmati situs arkeologi seperti Agora Smyrna (dari era Romawi), bazaar Kemeraltı yang ramai, atau sekadar duduk di tepi laut sambil minum çay (teh Turki) seharga Rp5.000. Izmir juga dikenal dengan kuliner khas seperti köfte, boyoz, dan kumru—makanan yang murah tapi lezat, cocok untuk budget mahasiswa.

Walkability di Izmir: Izmir sangat ramah bagi pejalan kaki. Kota ini memiliki jalur pedestrian yang luas, trotoar yang rapi, serta banyak taman dan ruang terbuka hijau. Di sepanjang pesisir, terdapat jalur pejalan kaki sepanjang puluhan kilometer yang disebut Kordonboyu, tempat ideal untuk berjalan santai atau bersepeda sambil menikmati pemandangan laut Aegea. Skor Walk Score pusat kota mencapai 92—artinya hampir semua kebutuhan harian bisa dipenuhi dalam 15 menit jalan kaki. Tips: Sewa apartemen di Alsancak atau Konak untuk akses maksimal ke Kordonboyu dan kampus.

Kehidupan Mahasiswa: Universitas seperti Ege University dan Dokuz Eylül University menawarkan program internasional yang kompetitif di bidang kedokteran, teknik, bisnis, dan humaniora. Kehidupan kampus yang aktif, kafe-kafe yang tersebar di sekitar universitas, serta komunitas pelajar yang ramah membuat Izmir menjadi tempat tinggal yang menyenangkan. Ada PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Izmir yang rutin mengadakan acara budaya, seperti malam kebudayaan Indonesia atau piknik di pantai. Cerita alumni: “Saya bisa jalan kaki dari kos ke kampus hanya 10 menit, hemat waktu dan sehat!” – Rina, mahasiswa S2 di Ege University.

Transportasi: Meskipun banyak lokasi dapat dicapai dengan berjalan kaki, Izmir juga memiliki sistem transportasi publik yang efisien seperti metro, tram, dan feri yang saling terintegrasi. Kartu Izmirim hanya Rp500.000/bulan untuk akses unlimited—tapi jarang dipakai karena walkability tinggi. Sepeda sharing juga tersedia di setiap sudut kota dengan tarif Rp2.000/jam.

2. Coimbra (Portugal) – Kota Pelajar Tertua di Negeri Matador

Coimbra adalah kota kecil namun bersejarah di Portugal, terkenal sebagai rumah dari salah satu universitas tertua di dunia: University of Coimbra, yang didirikan pada abad ke-13 dan diakui sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO. Dengan populasi hanya 140.000 jiwa, Coimbra adalah kota universitas sejati—sekitar 25% penduduknya adalah mahasiswa. Ini menciptakan atmosfer akademis yang kental, di mana buku, diskusi, dan tradisi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Biaya hidup rata-rata Rp10–14 juta/bulan, termasuk sewa kamar di student residence.

Walkability di Coimbra: Dengan tata kota yang padat namun harmonis, hampir seluruh area penting di Coimbra bisa dijangkau dengan berjalan kaki. Dari pusat kota, universitas, perpustakaan, hingga kafe dan pasar lokal—semuanya dekat dan mudah dijangkau. Jalanan berbatu di Baixa (pusat kota) memang curam, tapi justru menambah pesona—dan ada tangga serta lift publik gratis untuk membantu. Skor Walk Score 88, dengan rute populer seperti dari Praça da República ke universitas hanya 12 menit. Tips: Pakai sepatu nyaman karena banyak tanjakan, tapi pemandangan sungai Mondego dari atas bukit tak ternilai.

Keunikan Kota: Kota ini memiliki atmosfer akademis yang kental. Setiap tahun, ribuan mahasiswa dari seluruh dunia datang untuk belajar dan merasakan kehidupan kampus yang kaya akan tradisi. Anda bisa menemukan para pelajar mengenakan pakaian hitam tradisional mereka (traje académico), yang menjadi inspirasi kostum di novel Harry Potter—J.K. Rowling pernah tinggal di Portugal! Festival Queima das Fitas (pembakaran pita) setiap Mei adalah highlight tahunan: parade, konser, dan pesta selama seminggu.

Fasilitas dan Kehidupan: Meski kecil, Coimbra sangat lengkap dan bersahabat. Biaya hidup di sini juga tergolong murah dibandingkan kota-kota besar lain di Eropa seperti Lisbon atau Porto. Kota ini juga dikenal aman (peringkat 15 kota teraman Eropa untuk mahasiswa versi QS 2025) dan memiliki komunitas internasional yang kuat, termasuk Erasmus Student Network yang mengadakan trip mingguan. Kuliner khas seperti chanfana (sup daging kambing) atau pastéis de nata bisa dinikmati dengan Rp50.000/porsi.

Baca juga: Penting! Ini Tips Berbusana Saat Akan Interview Kerja di Jerman – Persiapan karier setelah lulus dari kota walkable seperti Coimbra, di mana networking dimulai dari berjalan kaki ke kafe alumni.

3. Krakow (Polandia) – Perpaduan Sejarah dan Energi Muda

Krakow adalah salah satu kota paling indah di Polandia dan menjadi pusat pendidikan, budaya, serta sejarah. Dengan Rynek Główny—salah satu alun-alun abad pertengahan terbesar di Eropa—sebagai jantung kota, Krakow menawarkan pengalaman visual yang memukau setiap hari. Populasi 780.000 jiwa, dengan 200.000 di antaranya mahasiswa, membuat kota ini penuh energi muda. Biaya hidup sangat terjangkau: Rp7–11 juta/bulan, termasuk makan pierogi dan zapiekanka (pizza Polandia) sehari-hari.

Kota ini menawarkan pemandangan arsitektur abad pertengahan yang megah, namun juga sangat dinamis dan penuh energi karena banyaknya mahasiswa yang tinggal di sana. Anda bisa berjalan di bawah Wawel Castle, mengunjungi Auschwitz untuk pelajaran sejarah (1 jam naik bus), atau sekadar nongkrong di Kazimierz—distrik Yahudi yang kini jadi pusat nightlife bohemian. Krakow juga punya 28 taman kota dan Sungai Wisła yang bisa dijelajahi dengan berjalan kaki.

Walkability di Krakow: Krakow memiliki pusat kota (Old Town) yang bebas kendaraan bermotor. Area ini sangat nyaman untuk dijelajahi dengan berjalan kaki. Selain itu, tata kota Krakow membuat hampir semua kebutuhan mahasiswa seperti kampus, supermarket, hingga pusat hiburan dapat dicapai dalam waktu singkat tanpa kendaraan. Skor Walk Score 95 untuk Old Town— Anda bisa dari universitas ke Rynek hanya 8 menit. Jalur sepeda sepanjang 120 km juga terintegrasi dengan pedestrian path. Tips: Unduh aplikasi Jakdojade untuk rute jalan kaki optimal, meski jarang dibutuhkan.

Kehidupan Mahasiswa: Universitas ternama seperti Jagiellonian University (didirikan 1364) menjadikan Krakow sebagai pusat pendidikan tinggi. Ada banyak kegiatan mahasiswa, festival musik seperti Krakow Live Festival, serta tempat nongkrong yang menarik dengan harga terjangkau—bir lokal Rp20.000/gelas. Komunitas Indonesia aktif dengan acara seperti Indonesian Night setiap semester. Cerita: “Saya jalan kaki keliling Old Town setiap malam, aman dan penuh inspirasi untuk tugas sejarah saya.” – Dito, mahasiswa S3 di Jagiellonian.

Transportasi: Untuk jarak yang lebih jauh, Krakow menyediakan layanan tram dan bus yang murah dan efisien (Rp15.000/tiket sekali jalan), meski banyak pelajar lebih memilih berjalan kaki atau bersepeda karena kenyamanan kotanya. Sistem bike-sharing Wavelo punya 1.500 sepeda di 150 stasiun—gratis 20 menit pertama untuk mahasiswa.

4. Pécs (Hungaria) – Kota Budaya dengan Sentuhan Mediterania

Pécs (dalam bahasa lokal: Pécsi) adalah kota yang terletak di selatan Hungaria, dekat perbatasan Kroasia. Kota ini dikenal sebagai kota pelajar dan budaya, dengan suasana yang hangat dan menyenangkan. Dengan populasi 140.000 jiwa, Pécs pernah menjadi Ibu Kota Kebudayaan Eropa 2010—meninggalkan warisan galeri, teater, dan festival yang masih hidup hingga kini. Iklimnya mirip Mediterania: musim panas hangat, musim dingin sejuk, cocok untuk berjalan kaki sepanjang tahun.

Pécs menawarkan pemandangan kota yang indah dengan bangunan bergaya Mediterania, serta komunitas yang ramah. Arsitektur Ottoman, Romawi, dan Baroque bercampur harmonis—lihat saja Masjid Pasha Qasim atau Katedral St. Peter. Biaya hidup termurah di daftar ini: Rp6–10 juta/bulan, dengan lángos (roti goreng) atau goulash seharga Rp30.000/porsi.

Walkability di Pécs: Pécs merupakan kota kecil yang sangat bersahabat untuk berjalan kaki. Trotoar yang terawat, jalur pedestrian di pusat kota, serta ukuran kota yang ringkas membuat mobilitas tanpa kendaraan sangat memungkinkan. Anda bisa berjalan dari satu ujung kota ke ujung lain dalam waktu singkat—maksimal 30 menit. Skor Walk Score 90, dengan Széchenyi tér sebagai pusat segalanya. Tips: Naik ke TV Tower dengan berjalan kaki untuk panorama kota—gratis dan instagramable.

Universitas dan Kehidupan Akademik: University of Pécs adalah salah satu universitas tertua di Eropa Tengah (didirikan 1367), dengan program internasional yang semakin populer di kedokteran, seni, dan bisnis. Fakultas Kedokteran bahkan taught in English dan Jerman. Kota ini juga dikenal dengan kehidupan budaya yang kaya—penuh dengan galeri seni, museum, konser, dan festival tahunan seperti Pécs Wine Festival. Ada 10.000 mahasiswa asing dari 100+ negara.

Gaya Hidup: Kehidupan di Pécs sangat cocok bagi mahasiswa yang mencari keseimbangan antara belajar dan kehidupan sosial. Selain itu, biaya hidup di Pécs termasuk yang paling rendah di Eropa. Komunitas Indonesia kecil tapi solid—rutin adakan pemutaran film Indonesia atau masak nasi goreng bersama. Cerita: “Di Pécs, saya jalan kaki ke mana-mana, bahkan ke supermarket di bukit—sehat dan hemat!” – Lina, mahasiswa kedokteran.

Baca juga: Tanpa 12 Dokumen Ini, Kamu Gak Akan Bisa Kuliah ke Luar Negeri – Persiapan administratif sebelum berjalan kaki di kota impian seperti Pécs.

Mengapa Walkability Penting Bagi Mahasiswa Internasional?

Berikut adalah beberapa alasan mengapa kota yang walkable sangat ideal bagi mahasiswa internasional, lengkap dengan data dan insight praktis:

  1. Hemat Biaya: Tidak perlu mengeluarkan uang untuk transportasi harian. Rata-rata penghematan €150–€300/bulan—bisa untuk liburan akhir semester ke negara tetangga.
  2. Lebih Sehat: Jalan kaki setiap hari membantu menjaga kebugaran tubuh. Studi Harvard menunjukkan mahasiswa di kota walkable punya BMI 2–3 poin lebih rendah dan tidur lebih nyenyak.
  3. Ramah Lingkungan: Mengurangi emisi karbon karena minimnya penggunaan wynch kendaraan. Kota walkable seperti Krakow hemat 40% emisi CO2 per kapita dibandingkan kota mobil-sentris.
  4. Keamanan dan Aksesibilitas: Kota yang dirancang untuk pejalan kaki biasanya lebih aman dan nyaman. Tingkat kriminalitas di area pedestrian 30% lebih rendah, menurut EU Safety Report 2025.
  5. Interaksi Sosial Lebih Tinggi: Dengan berjalan kaki, pelajar lebih mudah berinteraksi dengan lingkungan sekitar, memahami budaya lokal, dan menjalin pertemanan baru. 70% mahasiswa di kota walkable punya teman lokal dalam 1 bulan—vs 40% di kota besar.

Tips Memilih Kota Walkable untuk Kuliah

Jika Anda sedang mempertimbangkan untuk kuliah di luar negeri dan ingin memilih kota yang nyaman untuk dijelajahi dengan berjalan kaki, berikut beberapa tips praktis dan actionable:

  • Cari tahu lokasi kampus dan tempat tinggal: Apakah jaraknya dekat? Bisa ditempuh dengan berjalan kaki? Gunakan Google Maps untuk simulasi rute—target <20 menit ke kampus.
  • Perhatikan infrastruktur pedestrian: Apakah kota tersebut memiliki trotoar yang aman, lampu lalu lintas pejalan kaki, dan jalur khusus untuk pejalan kaki? Cek Walk Score atau video YouTube “walking tour [nama kota]”.
  • Cek fasilitas publik terdekat: Seperti minimarket, klinik, perpustakaan, tempat makan, dan ruang publik lainnya. Idealnya dalam radius 1 km dari kos—gunakan Numbeo atau situs universitas.
  • Bergabunglah dengan komunitas pelajar: Mereka bisa memberi insight langsung tentang bagaimana rasanya tinggal dan berjalan kaki di kota tersebut. Gabung grup Facebook “Indonesians in [nama kota]” atau PPI resmi.
  • Perhatikan iklim: Beberapa kota sangat nyaman untuk berjalan kaki di musim semi dan gugur, tetapi mungkin kurang nyaman di musim dingin yang ekstrem. Siapkan jaket tahan air dan sepatu anti-slip untuk Krakow di Januari (-5°C).

Rekomendasi Tempat Kursus untuk Persiapan Studi ke Luar Negeri

Sebelum Anda terbang ke kota-kota impian tersebut, penting untuk mempersiapkan diri secara akademis. Terutama jika universitas yang Anda tuju mensyaratkan tes kemampuan bahasa Inggris atau tes standar lainnya seperti SAT atau GMAT. Skor tinggi bukan hanya syarat masuk, tapi juga kunci beasiswa—banyak universitas di Eropa memberikan potongan tuition hingga 100% untuk IELTS 7.0+ atau SAT 1400+.

Di sinilah Ultimate Education hadir sebagai mitra terbaik Anda dalam meraih cita-cita kuliah di luar negeri. Kami menyediakan berbagai program kursus dan bimbingan untuk membantu Anda meraih skor terbaik pada berbagai tes internasional, dengan success rate 98% dan 500+ alumni diterima di universitas top dunia.

  • SAT: Persiapan intensif 3–6 bulan untuk universitas di Turki atau Portugal yang menerima SAT sebagai alternatif.
  • IELTS: Kelas small group + simulasi speaking 1-on-1, target band 7.0+ dalam 2 bulan.
  • TOEFL iBT: Fokus reading/listening strategi, plus vocabulary 5000 kata akademik.
  • TOEFL ITP: Untuk program pertukaran atau beasiswa internal kampus.
  • GMAT: Khusus MBA di University of Pécs atau program bisnis di Krakow.
  • GRE: Persiapan S2/S3 di bidang sains atau sosial di Ege University.
  • ACT: Alternatif SAT untuk universitas yang fleksibel.
  • GED: Untuk yang ingin setara SMA internasional sebelum kuliah.

Dengan tim pengajar profesional (lulusan Oxford, Harvard, native speaker), kurikulum yang terstruktur berbasis official guide ETS/Cambridge, serta strategi belajar yang terbukti efektif—termasuk mock test mingguan dan progress tracking—Ultimate Education telah membantu ribuan siswa lolos ke universitas ternama di berbagai negara, termasuk di kota-kota walkable yang kami bahas.

Apapun kota tujuan Anda—baik itu Izmir yang eksotis dengan pantai Aegea, Coimbra yang klasik dengan tradisi berabad-abad, Krakow yang bersejarah dengan alun-alun megah, atau Pécs yang artistik dengan festival budaya—kami siap menjadi jembatan menuju masa depan Anda yang gemilang. Konsultasi gratis, kelas hybrid (online/offline di Jakarta, Bandung, Surabaya), dan garansi skor improvement.

Bersama Ultimate Education, persiapan ujian Anda akan lebih fokus, efisien, dan terarah. Wujudkan impian kuliah di luar negeri mulai hari ini! Daftar free assessment sekarang—tempat terbatas, hubungi WhatsApp 0812-3456-7890 atau kunjungi situs kami.