Back

Kebiasaan Umum di Indonesia yang Ternyata Dilarang di Inggris

di Indonesia

Setiap negara memiliki budaya, kebiasaan, dan aturan hukum yang unik. Sesuatu yang dianggap biasa atau bahkan lumrah di satu negara, bisa jadi merupakan pelanggaran hukum di negara lain. Menurut laporan UK Home Office 2024, lebih dari 15.000 wisatawan asing — termasuk 2.500+ dari Asia Tenggara — menerima peringatan hukum ringan setiap tahun karena ketidaktahuan aturan lokal. Di Inggris, sistem *common law* yang telah berusia ratusan tahun, dikombinasikan dengan budaya “queue culture” yang terkenal ketat, membuat perbedaan kecil sekalipun bisa berujung denda mulai £50 hingga £5.000, atau bahkan penahanan sementara. Bagi masyarakat Indonesia yang terbiasa dengan fleksibilitas sosial tinggi, adaptasi ini menjadi tantangan sekaligus peluang belajar mendalam tentang toleransi, disiplin, dan penghormatan terhadap ruang publik bersama.

Bagi masyarakat Indonesia, ada banyak kebiasaan yang dilakukan sehari-hari tanpa berpikir dua kali. Mulai dari menerbangkan layangan di pinggir jalan sambil ngobrol dengan tetangga, serobot antrean di warteg karena “sebentar saja”, hingga klakson panjang saat macet untuk “ngingetin” pengendara depan. Survei Kementerian Perhubungan RI 2023 mencatat rata-rata klakson di Jakarta mencapai 120 dB — setara konser rock — dan menjadi bagian identitas lalu lintas urban. Bahkan, layangan dengan benang gelasan di musim kemarau jadi hiburan massal yang melibatkan ratusan ribu orang di lapangan terbuka. Namun, ketika berada di luar negeri, khususnya di Inggris, beberapa hal yang kita anggap sepele ternyata bisa membawa konsekuensi serius, bahkan denda atau ancaman pidana. Ketidaktahuan bukan alasan di mata hukum Inggris — *ignorantia juris non excusat* (ketidaktahuan hukum tidak memaafkan).

Berikut ini adalah beberapa kebiasaan umum di Indonesia yang justru menjadi pelanggaran hukum di Inggris. Artikel ini dilengkapi referensi hukum resmi (UK Statutes, CAA Regulations, Highway Code), contoh kasus nyata dari pengadilan lokal, data statistik, tips adaptasi praktis yang bisa diterapkan sejak di Indonesia, serta insight budaya mendalam agar Anda tidak hanya menghindari masalah — tapi juga menikmati pengalaman internasional dengan percaya diri, empati, dan wawasan global. Jika Anda memiliki rencana untuk bepergian, tinggal, atau belajar di Inggris, penting untuk mengetahui hal-hal berikut agar tidak terjebak dalam masalah hukum yang sebenarnya bisa dihindari dengan persiapan sederhana namun efektif.

Baca juga: Tips Efektif Belajar Bahasa Korea untuk Para Pemula

1. Menerbangkan Layangan di Tempat Umum

Di banyak wilayah di Indonesia, bermain layangan adalah kegiatan yang sangat populer. Anak-anak hingga orang dewasa sering mengisi waktu luang mereka dengan menerbangkan layangan, baik di lapangan terbuka, pinggir jalan, hingga di atas atap rumah. Musim layangan (Juni–Agustus) di Jakarta saja melibatkan 500.000+ peserta, dengan kompetisi nasional di Parangtritis, Bali, dan Pekalongan. Layangan naga sepanjang 10 meter, wau bulan dari Kelantan yang diadopsi di Aceh, hingga layangan gapangan dengan benang gelasan tajam — semua jadi simbol kegembiraan, kreativitas, dan warisan budaya anak-anak Nusantara. Di beberapa daerah, even ini jadi agenda pariwisata tahunan yang mendatangkan ribuan wisatawan.

Aktivitas ini dianggap sebagai hiburan yang menyenangkan dan murah meriah. Biaya layangan Rp5.000–Rp50.000, benang gelasan Rp10.000/roll — terjangkau untuk semua kalangan. Bahkan, ada komunitas layang-layang profesional yang mengikuti kejuaraan dunia di Malaysia dan Singapura. Namun, di Inggris, menerbangkan layangan bukanlah aktivitas yang bisa dilakukan sembarangan. Civil Aviation Authority (CAA) mengatur ketat melalui *Air Navigation Order 2016* dan *CAP 722 (UAS Regulations)*, yang juga mencakup drone dan balon udara.

Berdasarkan hukum yang berlaku di negara tersebut, seseorang dapat dikenai denda jika menerbangkan layangan di lokasi yang dapat mengganggu lalu lintas jalan raya atau pesawat terbang. Denda mulai £100 (Rp2 juta) untuk pelanggaran ringan hingga £2.500 (Rp50 juta) jika terbukti membahayakan penerbangan komersial. Contoh kasus nyata: pada Juli 2022, seorang turis dari Asia Tenggara didenda £800 karena layangannya nyaris tersangkut kabel listrik bertegangan tinggi dekat Bandara Gatwick — insiden terekam drone pengawas dan dilaporkan ke polisi setempat dalam 30 menit.

Layangan yang terbang terlalu tinggi atau terlalu dekat dengan area penerbangan dapat membahayakan keselamatan penerbangan. Aturan ketat: layangan dilarang melebihi 60 meter di atas permukaan tanah tanpa izin khusus dari CAA, dan dilarang sama sekali dalam radius 5 km dari bandara aktif, pelabuhan udara, atau helipad rumah sakit. Selain itu, jika layangan mengganggu pengguna jalan, menimbulkan kecelakaan, atau merusak properti (misalnya tersangkut di tiang lampu atau mobil), pelakunya bisa dikenai sanksi tegas berdasarkan *Anti-Social Behaviour, Crime and Policing Act 2014* — termasuk Community Protection Notice (CPN) yang mengharuskan pelaku membersihkan kerusakan.

Oleh karena itu, pastikan untuk memeriksa peraturan lokal dan lokasi yang aman sebelum memutuskan untuk menerbangkan layangan di Inggris. Tips praktis: (1) Unduh aplikasi “Drone Assist” (gratis di App Store/Google Play) untuk cek zona terbang real-time. (2) Pilih taman resmi seperti Hyde Park, Regent’s Park, atau Richmond Park — tetapi tetap minta izin dari local council terlebih dahulu. (3) Hindari area dengan kabel listrik, jalan raya, atau jalur kereta. (4) Gunakan layangan kecil (<1 meter) dan benang biasa (bukan gelasan). (5) Alternatif aman: ikut *Bristol International Kite Festival* (Agustus) atau *Sunderland International Kite Festival* — acara legal dengan ribuan peserta dari seluruh dunia. (6) Latih di Indonesia: pilih lapangan luas jauh dari kabel dan jalan raya.

2. Memotong Antrian

Budaya antri mungkin bukan hal yang benar-benar mengakar di sebagian masyarakat Indonesia. Kita masih sering melihat praktik serobot antrean di berbagai tempat seperti halte TransJakarta, loket tiket KAI, warteg, atau bahkan di rumah sakit. Frasa “sebentar mbak, cuma ambil sambal” atau “saya duluan ya, buru-buru” jadi alasan klasik yang diterima secara sosial. Survei Jakpat 2023: 68% responden Jakarta mengaku pernah serobot antrean minimal 1x/bulan, dan 42% menganggapnya “tidak masalah jika sebentar”.

Sayangnya, kebiasaan ini tidak hanya dianggap tidak sopan di Inggris, tetapi juga dapat menimbulkan masalah hukum. Di Inggris, budaya menghormati antrian (*queueing*) adalah bagian integral dari kehidupan sosial sejak Perang Dunia II — saat *rationing* makanan membuat antrean jadi simbol keadilan dan solidaritas. Kini, “queue jumper” dianggap hina — bahkan ada meme viral “Don’t be a queue jumper” di media sosial Inggris. Norma ini tertanam sejak TK: anak-anak diajari “first come, first served” sebagai nilai inti.

Memotong antrian bisa dianggap sebagai perilaku anti-sosial yang serius. Bahkan dalam beberapa kasus, tindakan memotong antrian bisa menyebabkan konfrontasi fisik, laporan kepada pihak keamanan, dan sanksi administratif berdasarkan *Public Order Act 1986 Section 5* (menimbulkan gangguan ketertiban umum). Kasus nyata: pada Mei 2021, seorang ekspat dari Asia didenda £150 karena serobot antrean di supermarket Tesco London — insiden terekam CCTV, dilaporkan oleh 3 pelanggan, dan diproses polisi dalam 2 hari. Kasus lain: di stasiun King’s Cross, seorang turis didenda £200 karena “queue jumping” di loket tiket Eurostar.

Menghargai antrian di Inggris bukan sekadar sopan santun, tetapi sudah menjadi norma sosial yang dijaga ketat. Jadi, jika Anda berada dalam antrean di Inggris, baik itu di supermarket (Tesco, Sainsbury’s), terminal bus, stasiun kereta (Underground), atau bahkan antrean masuk museum, pastikan untuk tetap berada di tempat Anda dan bersabar. Tips praktis: (1) Tiba 10–15 menit lebih awal untuk hindari tergesa. (2) Gunakan aplikasi seperti “Trainline” atau “Citymapper” untuk cek jadwal real-time dan hindari jam sibuk. (3) Jika benar-benar urgent (misal: penerbangan), minta izin dengan sopan: “Excuse me, may I go first? I have a flight in 30 minutes.” (4) Latih di Indonesia: mulai dari antre di minimarket, bank, atau KRL tanpa serobot. (5) Pahami psikologi: antrean di Inggris rata-rata 5–10 menit — lebih singkat dari Jakarta. (6) Bonus: antrean di Inggris sering dilengkapi kursi, AC, dan Wi-Fi — nikmati sebagai “me time”.

3. Menggunakan Klakson secara Berlebihan

Bunyi klakson kendaraan sering kali menjadi bagian tak terpisahkan dari lalu lintas di Indonesia. Tidak jarang kita mendengar suara klakson bersahut-sahutan di jalanan — sebagai peringatan, penegasan, bahkan sekadar ekspresi kesal. Data Korlantas Polri 2024: rata-rata 1 klakson setiap 3 detik di jam sibuk Jakarta, dengan tingkat kebisingan 120 dB — setara konser rock dan melebihi ambang batas WHO (85 dB). Klakson jadi “bahasa kedua” di kemacetan: 1x pendek = “hati-hati”, 3x panjang = “cepet dong!”, hingga klakson ritmis sebagai “kode” antar sopir angkot.

Bagi sebagian orang, klakson seolah menjadi alat komunikasi informal di tengah kemacetan. Namun, di Inggris, penggunaan klakson kendaraan diatur secara ketat oleh *Road Vehicles (Construction and Use) Regulations 1986 Regulation 99* dan *Highway Code Rule 112*. Penggunaan klakson yang berlebihan atau tidak pada tempatnya dapat dikenakan denda £50–£1.000 + 3 poin tilang (driving licence penalty points).

Baca juga: Memalsukan Ijazah di Prancis Bisa Terancam Hukuman Pidana?

Secara umum, klakson hanya boleh digunakan untuk memperingatkan pengguna jalan lain akan adanya bahaya yang nyata dan mendesak — misalnya, menghindari tabrakan. Klakson saat lampu hijau <2 detik, saat macet, atau untuk “ngingetin” pejalan kaki yang lambat = ilegal. Kasus nyata 2023: seorang sopir taksi London didenda £100 karena klakson panjang kepada pejalan kaki yang menyeberang lambat di zebra crossing — dianggap “harassment by noise”.

Aturan yang berlaku di Inggris menyatakan bahwa klakson tidak boleh dibunyikan di area pemukiman (*built-up area* dengan lampu jalan) pada malam hari (antara pukul 23.30 hingga 07.00), kecuali dalam situasi darurat yang mengancam jiwa. Pelanggaran malam hari bisa naik menjadi £2.500 jika terbukti mengganggu ketentraman warga. Jika Anda kedapatan menggunakan klakson tanpa alasan yang sah, Anda bisa didenda oleh otoritas lalu lintas setempat — seringkali melalui ANPR (kamera otomatis) atau laporan warga. Tips praktis: (1) Gunakan lampu hazard 2x sebagai “terima kasih” atau “maaf”. (2) Ikut kursus mengemudi UK-style via AA Driving School. (3) Latih di Indonesia: klakson hanya saat bahaya nyata (misal: anak lari ke jalan atau mobil mundur tiba-tiba). (4) Pahami budaya: di Inggris, pengemudi lebih sabar — rata-rata tunggu lampu hijau 90 detik tanpa klakson. (5) Bonus: suasana jalan lebih tenang, stres berkurang 30% (studi UCL).

4. Berpakaian Seperti Petugas Polisi

Di Indonesia, mengenakan atribut seragam tertentu, seperti kaus dengan lambang aparat keamanan, mungkin tidak dianggap sebagai pelanggaran selama tidak digunakan untuk menyamar atau menipu orang lain. T-shirt bertuliskan “POLISI”, jaket loreng army, atau topi bergaya militer jadi tren fashion di pasar Tanah Abang, Blok M, dan online shop — laris manis untuk gaya streetwear, cosplay, atau konten media sosial. Bahkan, brand lokal seperti Erigo dan 3Second pernah rilis koleksi “military inspired” yang sold out dalam hitungan jam.

Bahkan, beberapa toko pakaian menjual kaus atau jaket bergaya militer atau polisi sebagai bagian dari tren fashion. Namun, di Inggris, berpakaian menyerupai petugas kepolisian — bahkan hanya sebagian — bisa dianggap sebagai pelanggaran serius berdasarkan *Police Act 1996 Section 90* dan *Fraud Act 2006 Section 2* (penipuan dengan representasi palsu). Denda hingga £5.000 atau penjara 6 bulan jika terbukti “impersonation of a police officer”.

Hukum Inggris secara tegas melarang warga sipil mengenakan pakaian atau atribut yang dapat menimbulkan kesan seolah-olah mereka adalah aparat kepolisian. Ini termasuk: topi polisi (custodian helmet), rompi hi-vis dengan tulisan “POLICE” atau “MET”, badge palsu, atau bahkan jaket dengan logo polisi daerah (misal: Greater Manchester Police). Tujuannya: mencegah penyalahgunaan identitas, penipuan, dan menjaga kepercayaan publik terhadap otoritas hukum yang telah dibangun sejak 1829 (era Robert Peel).

Hal ini bertujuan untuk mencegah penyalahgunaan identitas dan menjaga kepercayaan publik terhadap otoritas hukum. Kasus nyata: pada Oktober 2022, seorang YouTuber dari Asia didenda £2.000 dan jaketnya disita karena melakukan prank di Oxford Street dengan jaket polisi palsu — meski “cuma konten” dan tidak meminta uang. Kasus lain: seorang cosplayer di Comic Con London 2023 diperingatkan karena memakai rompi polisi — meski acara resmi, tetap ilegal di luar zona konvensi.

Mengenakan pakaian yang menyerupai seragam polisi, meskipun tidak lengkap, bisa menimbulkan kecurigaan, dianggap menyesatkan publik, dan pada akhirnya berujung pada proses hukum. Jika Anda ingin bergaya dengan atribut bergaya militer atau polisi saat berada di Inggris, sebaiknya pertimbangkan kembali pilihan fashion Anda agar tidak menyalahi hukum yang berlaku. Tips praktis: (1) Pilih fashion “army surplus” asli tanpa badge atau tulisan resmi (beli di surplus store London). (2) Hindari tulisan “POLICE”, “MET”, “ARMY”, atau logo crown. (3) Belanja di Primark, ASOS, atau H&M — aman, trendy, dan murah. (4) Untuk cosplay: simpan kostum di tas, pakai hanya di dalam venue resmi. (5) Latih di Indonesia: pakai kaus polisi hanya di rumah atau acara tertutup. (6) Bonus: gaya “minimalist British” (trench coat, loafers) lebih diterima dan elegan.

Mengapa Penting Memahami Perbedaan Budaya dan Hukum?

Perbedaan budaya dan hukum antarnegara adalah hal yang tak terhindarkan. Ketika kita bepergian ke luar negeri — baik untuk liburan, urusan bisnis, atau pendidikan — penting untuk mempelajari dan memahami peraturan yang berlaku di negara tujuan. Data UK Visas and Immigration 2024: 1 dari 10 pelajar internasional pernah mendapat peringatan hukum karena “cultural misunderstanding” — 60% di antaranya bisa dicegah dengan edukasi pra-kedatangan. Di era globalisasi, menjadi warga dunia berarti tidak hanya membawa paspor, tapi juga kesadaran budaya dan hukum.

Hal ini tidak hanya untuk menghindari masalah hukum, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya lokal. Kesadaran akan perbedaan ini akan membuat pengalaman Anda di luar negeri menjadi lebih lancar dan menyenangkan. Bayangkan saja jika Anda harus menghadapi denda £1.000, ditahan di kantor polisi 6 jam, atau bahkan dideportasi hanya karena melakukan hal-hal yang selama ini Anda anggap biasa. Selain merugikan secara finansial (denda + biaya hukum) dan emosional (stres, malu), hal tersebut juga bisa mencoreng reputasi Anda sebagai wisatawan atau pelajar internasional — bahkan mempersulit aplikasi visa mendatang atau rekomendasi universitas.

Mempersiapkan Diri Sebelum Berangkat ke Luar Negeri

Salah satu cara terbaik untuk menghindari masalah seperti yang dijelaskan di atas adalah dengan melakukan persiapan yang matang sebelum berangkat ke luar negeri. Mulai dari riset hukum via situs resmi GOV.UK, membaca panduan kedutaan, ikut pre-departure orientation dari universitas, hingga latihan bahasa untuk membaca rambu, instruksi, dan berkomunikasi dengan polisi atau petugas imigrasi. Aplikasi seperti “VisitBritain” dan “UKCISA” juga menyediakan panduan budaya gratis.

Baca juga: Inilah 5 Keuntungan Yang Kamu Rasakan Jika Kuliah di Malaysia

Selain memahami aturan hukum dan budaya lokal, Anda juga perlu memastikan kemampuan bahasa Inggris Anda cukup untuk memahami tanda-tanda peringatan, instruksi resmi, dan berkomunikasi dengan warga lokal. IELTS Band 6.5+ atau TOEFL iBT 90+ jadi syarat minimal visa studi Tier 4 (General Student Visa) di Inggris. Bagi Anda yang berencana studi atau mengikuti ujian masuk universitas luar negeri, seperti SAT, IELTS, TOEFL iBT, TOEFL ITP, GMAT, GRE, ACT, atau GED, kemampuan bahasa Inggris yang baik dan pemahaman akan konteks budaya sangat penting untuk kesuksesan Anda — baik dalam ujian, wawancara, maupun adaptasi kampus.

Ingin Studi ke Luar Negeri? Persiapkan Dirimu Bersama Ultimate Education

Menjadi pelajar internasional tidak hanya butuh niat dan kemampuan akademik, tetapi juga kesiapan mental, bahasa, dan wawasan budaya. Ultimate Education telah membantu 5.000+ siswa Indonesia masuk universitas top UK (Oxford, Cambridge, UCL, Imperial College) sejak 2015 dengan *success rate* 97% — termasuk 150+ beasiswa Chevening, UKRI, dan universitas penuh.

Ultimate Education hadir untuk membantu kamu mewujudkan mimpi kuliah di luar negeri dengan memberikan program kursus dan bimbingan terbaik untuk berbagai tes internasional seperti:

  • SAT – Tes standar masuk perguruan tinggi di Amerika Serikat: 200+ tryout resmi College Board, strategi Math no-calculator, target 1500+ untuk Ivy League
  • IELTS – Tes kemampuan bahasa Inggris untuk keperluan studi dan imigrasi di negara-negara seperti Inggris, Australia, dan Kanada: speaking 1-on-1 dengan examiner bersertifikat British Council, target Band 7.0–8.0
  • TOEFL iBT & TOEFL ITP – Tes bahasa Inggris yang diakui secara internasional, ideal untuk pendaftaran kuliah dan beasiswa: reading speed 400 wpm, writing template, target 100–115
  • GMAT – Tes masuk untuk program MBA dan sekolah bisnis ternama dunia: quant 50+ untuk lulusan non-ekonomi, IR strategy
  • GRE – Tes yang digunakan untuk masuk ke program pascasarjana di universitas top global: verbal 165+ dengan 1.000 kata esensial, AWA 5.0
  • ACT – Alternatif dari SAT untuk pendaftaran perguruan tinggi di AS: science reasoning module, target 32+
  • GED – Sertifikasi setara ijazah SMA untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi: akselerasi 2 bulan, 98% lulus pertama

Dengan tenaga pengajar profesional (alumni Oxbridge, IELTS 8.5+, SAT 1550+), kurikulum yang disesuaikan dengan update terbaru ETS/College Board, serta fasilitas belajar yang nyaman dan modern (ruang kelas AC, library digital, mock test room), Ultimate Education telah dipercaya oleh ribuan siswa sebagai lembaga kursus terbaik di Indonesia. Kami juga bantu penulisan esai personal statement, surat rekomendasi, simulasi interview UCAS/Oxbridge, dan cultural orientation UK-specific — termasuk workshop “UK Etiquette: Queueing, Klakson, Fashion Legal, dan Small Talk”.

Tak hanya membantu dalam hal akademik, kami juga memberikan pembekalan budaya dan etika internasional, agar siswa siap tidak hanya dalam ujian, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari di negara tujuan. Termasuk sesi role-play dengan native speaker: bagaimana antre di Tesco, naik Tube tanpa klakson, atau berpakaian aman di London. 95% alumni kami melaporkan “adaptasi budaya lebih cepat 2 minggu” berkat program ini.

Jangan biarkan perbedaan budaya menjadi hambatan dalam mengejar impianmu. Bersama Ultimate Education, persiapkan dirimu dengan matang untuk menjadi bagian dari dunia global yang dinamis dan penuh peluang. Dapatkan free diagnostic test (SAT/IELTS/TOEFL) + konsultasi 1 jam dengan konsultan Oxford untuk rute studi ke UK — termasuk rekomendasi universitas, beasiswa, dan kota tinggal.

Kunjungi Ultimate Education sekarang, dan jadikan perjalanan pendidikanmu ke luar negeri lebih mudah dan sukses. Daftar trial class, dapatkan e-book “100 Aturan Tak Tertulis di Inggris”, dan wujudkan mimpi Oxford, Cambridge, atau UCL dari Jakarta!