Back

Rumus dalam Menentukan Jurusan Kuliah S2 di Luar Negeri

rumus dalam menentukan jurusan

Melanjutkan studi ke jenjang S2 (strata dua) merupakan keputusan besar yang tidak hanya membutuhkan kesiapan finansial dan akademis, tetapi juga pemahaman yang mendalam tentang tujuan pribadi dan karier. Proses ini sering kali menjadi momen krusial dalam membentuk arah hidup profesional seseorang. Banyak calon mahasiswa S2 yang awalnya antusias, namun akhirnya kecewa karena kurangnya perencanaan matang. Padahal, dengan pendekatan yang tepat, gelar S2 bisa menjadi investasi jangka panjang yang memberikan return berupa promosi jabatan, peningkatan penghasilan, hingga kesempatan berkarier di luar negeri.

Banyak orang merasa bingung ketika hendak memilih jurusan kuliah S2. Mereka khawatir mengambil jurusan yang salah dan berakhir dengan gelar yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja atau cita-cita mereka sendiri. Kekhawatiran ini sangat wajar, mengingat biaya pendidikan S2 yang tidak murah, baik dari segi uang, waktu, maupun tenaga. Belum lagi, persaingan di dunia kerja semakin ketat, di mana perusahaan besar kini lebih selektif dalam merekrut kandidat dengan latar belakang pendidikan yang relevan dan spesifik. Oleh karena itu, memilih jurusan S2 bukan lagi sekadar soal “mau kuliah apa”, tapi “kuliah apa yang akan membawa saya ke tujuan karier yang diimpikan”.

Sebenarnya, menentukan jurusan S2 bukan sekadar memilih berdasarkan tren atau ikut-ikutan teman. Ini adalah proses introspektif yang harus melibatkan pemahaman akan diri sendiri, potensi, tujuan jangka panjang, serta prospek karier ke depan. Banyak orang terjebak dalam jebakan “jurusan populer” seperti MBA atau Data Science hanya karena terlihat prestisius, padahal tidak sesuai dengan passion atau kemampuan mereka. Akibatnya, motivasi belajar menurun, proses kuliah terasa berat, dan setelah lulus justru sulit bersaing di bidang tersebut. Pendekatan yang lebih bijak adalah dengan menggunakan metode terstruktur yang menggabungkan refleksi diri, analisis pasar kerja, dan visi masa depan.

Lalu, bagaimana cara menentukan jurusan kuliah S2 yang tepat? Salah satu pendekatan yang bisa digunakan adalah rumus sederhana namun efektif berikut:

Analisis Diri Sendiri + Sesuaikan dengan Konsentrasi Karier + Tentukan Tujuan Setelah Lulus = Jurusan S2 yang Ideal

Mari kita bahas lebih mendalam masing-masing elemen dari rumus ini. Setiap langkah tidak boleh dilewatkan, karena saling berkaitan dan membentuk fondasi pengambilan keputusan yang kokoh. Dengan memahami ketiga elemen ini secara menyeluruh, Anda tidak hanya akan menemukan jurusan yang tepat, tapi juga memiliki kejelasan arah setelah lulus nanti.

Baca juga: Cara Chat HRD Lewat LinkedIn untuk Kabur Aja Dulu Ke Luar Negeri

1. Analisis Diri Sendiri dengan Metode SWOT

Langkah pertama yang perlu Anda lakukan sebelum menentukan jurusan S2 adalah melakukan analisis diri. Salah satu metode yang terbukti efektif dalam membantu mengenali potensi dan kekurangan diri adalah analisis SWOT. Metode ini awalnya digunakan di dunia bisnis untuk evaluasi strategi perusahaan, namun sangat relevan juga untuk pengembangan karier pribadi. Dengan SWOT, Anda bisa melihat diri Anda secara objektif—bukan berdasarkan perasaan semata, tapi fakta dan data yang bisa diukur.

SWOT adalah singkatan dari:

  • Strengths (Kekuatan)
  • Weaknesses (Kelemahan)
  • Opportunities (Peluang)
  • Threats (Ancaman)

Untuk mempermudah, siapkan kertas atau dokumen digital, lalu bagi menjadi empat kolom sesuai kategori SWOT. Luangkan waktu minimal 1–2 jam untuk mengisi dengan jujur. Anda juga bisa melibatkan teman dekat, rekan kerja, atau mentor untuk memberikan masukan dari sudut pandang eksternal. Pendekatan ini akan membantu Anda menghindari bias diri yang sering kali membuat kita terlalu optimis atau pesimis terhadap kemampuan sendiri.

A. Strengths (Kekuatan)

Tanyakan pada diri Anda: Apa kelebihan saya? Dalam bidang apa saya unggul? Apa saja keterampilan yang sudah saya kuasai? Apakah saya lebih kuat dalam analisis data, komunikasi, kepemimpinan, pemrograman, atau hal lainnya? Kekuatan tidak hanya berupa hard skill, tapi juga soft skill seperti kemampuan beradaptasi, ketelitian, atau kreativitas dalam memecahkan masalah. Catat juga pencapaian konkret yang pernah Anda raih, seperti proyek sukses, penghargaan, atau tanggung jawab besar di tempat kerja.

Contoh:

  • Saya memiliki pengalaman kerja selama 5 tahun di bidang pemasaran digital, termasuk mengelola kampanye berbudget hingga Rp500 juta.
  • Saya mampu berpikir strategis dan terbiasa membuat perencanaan jangka panjang, terbukti dari naiknya performa tim saya sebesar 30% dalam setahun.
  • Saya fasih berbahasa Inggris bisnis dan pernah presentasi di depan klien internasional.
B. Weaknesses (Kelemahan)

Kenali area yang menjadi kelemahan Anda. Apakah Anda kurang sabar, sulit bekerja dalam tim, tidak nyaman berbicara di depan umum, atau kurang menguasai teknologi tertentu? Jangan takut mengakui kekurangan—ini justru langkah awal menuju perbaikan. Kelemahan yang diidentifikasi dengan baik bisa diatasi melalui pendidikan S2, misalnya dengan memilih jurusan yang memperkuat area lemah tersebut tanpa mengorbankan kekuatan utama Anda.

Contoh:

  • Saya belum terlalu menguasai software analisis data seperti SPSS atau Tableau, padahal sering dibutuhkan di level manajerial.
  • Saya sering menunda pekerjaan jika tidak memiliki deadline yang ketat, yang berisiko menurunkan produktivitas.
  • Saya kurang percaya diri saat harus memimpin rapat besar dengan lebih dari 20 orang.
C. Opportunities (Peluang)

Coba lihat ke luar diri Anda. Apa peluang yang bisa Anda manfaatkan setelah lulus S2? Bagaimana tren industri saat ini? Apakah bidang Anda memiliki prospek cerah di masa depan? Lakukan riset mendalam melalui laporan industri (misalnya dari McKinsey, Deloitte, atau World Economic Forum), lowongan kerja di LinkedIn, atau wawancara dengan profesional senior. Peluang juga bisa berupa beasiswa, program pertukaran internasional, atau ekspansi perusahaan di bidang tertentu.

Contoh:

  • Permintaan untuk ahli data dan analis pasar diprediksi meningkat dalam 10 tahun ke depan, terutama di sektor e-commerce dan fintech.
  • Banyak perusahaan multinasional membuka lowongan untuk lulusan master dengan keahlian khusus, terutama di Asia Tenggara.
  • Pemerintah Indonesia sedang mendorong transformasi digital, membuka peluang besar di bidang IT governance dan smart city.
D. Threats (Ancaman)

Identifikasi faktor eksternal yang bisa menghambat pencapaian tujuan Anda. Apakah ada persaingan ketat di bidang yang ingin Anda geluti? Apakah ada teknologi baru yang bisa membuat keahlian Anda menjadi usang? Ancaman juga bisa berupa perubahan regulasi, resesi ekonomi, atau disrupsi teknologi seperti AI yang menggantikan pekerjaan rutin. Dengan mengetahui ancaman sejak dini, Anda bisa memilih jurusan S2 yang justru menjadi solusi atas ancaman tersebut.

Contoh:

  • Semakin banyak lulusan S2 dari luar negeri yang masuk ke pasar kerja nasional, meningkatkan standar kompetensi.
  • Otomatisasi berpotensi menggantikan banyak pekerjaan administratif, terutama di bidang akuntansi dan HR dasar.
  • Perubahan kebijakan visa kerja di beberapa negara Eropa menyulitkan ekspatriat Indonesia.

Dengan melakukan analisis SWOT secara jujur, Anda bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang posisi Anda saat ini. Hasilnya bukan hanya daftar poin, tapi peta strategis yang menunjukkan di mana Anda harus memperkuat diri, mengambil peluang, dan mengantisipasi risiko. Banyak profesional sukses yang rutin melakukan SWOT setiap 1–2 tahun untuk mengevaluasi arah karier mereka.

Ini akan membantu Anda menyusun strategi yang tepat dalam memilih jurusan S2 yang tidak hanya relevan dengan kemampuan Anda, tetapi juga mendukung tujuan masa depan. Ingat, S2 bukan sekadar gelar, tapi alat untuk mempercepat pencapaian visi hidup Anda.

2. Sesuaikan dengan Konsentrasi Karier

Setelah Anda mengenali diri sendiri melalui analisis SWOT, tahap selanjutnya adalah menyesuaikan pilihan jurusan S2 dengan konsentrasi karier yang ingin Anda bangun. Konsentrasi karier adalah “spesialisasi” yang akan menjadi identitas profesional Anda dalam 5–10 tahun ke depan. Apakah Anda ingin dikenal sebagai ahli keuangan syariah, spesialis AI di bidang kesehatan, atau pakar kebijakan lingkungan? Jawaban atas pertanyaan ini akan menentukan jurusan mana yang paling strategis.

Tanyakan pada diri Anda:

  • Di bidang apa saya ingin berkarier dalam 5–10 tahun ke depan? Apakah tetap di industri yang sama atau beralih ke sektor baru?
  • Apakah saya ingin pindah jalur karier atau memperdalam jalur yang sudah saya tempuh? Apa risiko dan manfaat dari masing-masing pilihan?
  • Bidang pekerjaan atau industri apa yang membuat saya bersemangat dan ingin saya geluti dalam jangka panjang? Apakah saya termotivasi oleh dampak sosial, inovasi teknologi, atau stabilitas finansial?
  • Apa saja role model di bidang tersebut? Apa latar belakang pendidikan mereka?

Baca juga: Kampus Ivy League yang Punya Program Studi Tentang Indonesia

Dua Jenis Pendekatan dalam Memilih Jurusan:
A. Pendekatan Horizontal (Pindah Jalur)

Jika Anda merasa bidang pekerjaan saat ini tidak cocok atau Anda ingin mencoba sesuatu yang benar-benar baru, Anda bisa mengambil jurusan S2 yang berbeda dari jurusan S1 atau pengalaman kerja sebelumnya. Pendekatan ini disebut juga sebagai career switch dan semakin populer di era digital. Banyak profesional yang sukses melakukan pivot karier di usia 30-an, misalnya dari teknik sipil ke manajemen proyek berkelanjutan, atau dari akuntansi ke fintech.

Tips sukses pindah jalur:

  • Pastikan Anda memiliki transferable skills yang kuat (misalnya: analisis, komunikasi, problem solving).
  • Lakukan magang, proyek sampingan, atau kursus singkat untuk membangun portofolio di bidang baru.
  • Pilih program S2 dengan kurikulum fleksibel atau conversion course yang dirancang untuk career changer.

Contoh:

  • Lulusan S1 Sastra Inggris yang ingin masuk ke dunia bisnis bisa mengambil S2 Manajemen atau MBA dengan fokus digital marketing.
  • Lulusan Teknik yang tertarik pada kebijakan publik bisa memilih jurusan S2 Administrasi Publik atau Hubungan Internasional, terutama di universitas dengan program keberlanjutan.
  • Seorang guru yang ingin beralih ke edutech bisa mengambil S2 Instructional Design atau Learning Technology.
B. Pendekatan Vertikal (Memperdalam Jalur)

Jika Anda sudah merasa nyaman dan memiliki pondasi kuat di bidang tertentu, Anda bisa memilih jurusan yang menjadi spesialisasi dari latar belakang akademik atau karier Anda saat ini. Pendekatan ini lebih aman dan efisien, karena Anda sudah memiliki pengalaman praktis yang bisa langsung diterapkan di bangku kuliah. Banyak perusahaan justru lebih menghargai kandidat dengan spesialisasi mendalam ketimbang generalis.

Keuntungan pendekatan vertikal:

  • Proses adaptasi lebih cepat karena materi kuliah sudah familiar.
  • Jaringan profesional di bidang tersebut sudah terbangun sejak lama.
  • Peluang promosi internal lebih besar setelah lulus.

Contoh:

  • Lulusan S1 Psikologi yang ingin menjadi konselor profesional bisa mengambil S2 Psikologi Klinis dengan spesialisasi terapi anak atau trauma.
  • Profesional di bidang IT bisa melanjutkan ke S2 Artificial Intelligence, Cyber Security, atau Cloud Computing.
  • Seorang akuntan yang ingin naik ke level CFO bisa mengambil S2 Akuntansi Forensik atau Finance & Risk Management.

Pendekatan mana pun yang Anda pilih, pastikan konsentrasi karier yang Anda incar memiliki prospek yang baik, sesuai minat pribadi, dan membuka peluang lebih besar di masa depan. Lakukan riset gaji, pertumbuhan industri, dan testimoni alumni untuk memvalidasi pilihan Anda. Jangan lupa, passion tanpa prospek bisa berujung pada frustrasi, begitu juga sebaliknya.

3. Tentukan Tujuan Setelah Selesai S2

Langkah ketiga dan tidak kalah penting adalah menentukan tujuan jangka panjang setelah lulus dari program S2. Ini akan menjadi fondasi utama dalam proses pengambilan keputusan Anda. Tanpa tujuan yang jelas, S2 bisa terasa seperti “sekadar kuliah lagi” tanpa dampak nyata pada karier. Sebaliknya, dengan visi yang tajam, setiap mata kuliah, tugas, dan jaringan yang dibangun akan selaras menuju pencapaian tersebut.

Coba jawab pertanyaan ini secara spesifik dan tertulis:

  • Apa tujuan utama saya mengambil S2? Apakah untuk promosi, gaji lebih tinggi, pindah negara, atau membuka usaha?
  • Apakah saya ingin meningkatkan posisi dalam pekerjaan sekarang? Jika ya, apa jabatan target dalam 3 tahun?
  • Apakah saya ingin pindah ke luar negeri dan bekerja di perusahaan multinasional? Negara mana? Industri apa?
  • Apakah saya ingin menjadi dosen, peneliti, atau pengusaha? Apa langkah konkret setelah lulus?
  • Apakah saya ingin meraih posisi manajerial atau spesialis di bidang tertentu? Apa sertifikasi tambahan yang dibutuhkan?
  • Berapa target penghasilan saya 5 tahun setelah lulus S2?

Menentukan tujuan akhir akan memperjelas arah perjalanan akademik dan profesional Anda. Jangan sampai Anda selesai kuliah S2, tapi justru merasa bingung harus melangkah ke mana. Banyak lulusan S2 yang “tersesat” karena tidak memiliki roadmap pasca-kuliah. Mereka memiliki gelar, tapi tidak tahu bagaimana memonetisasinya atau mengintegrasikannya ke dalam karier.

Contoh skenario tujuan:

Tujuan AkhirJurusan yang RelevanAlasan Strategis
Ingin bekerja di organisasi internasional seperti UNESCO atau World BankHubungan Internasional, Kebijakan Publik, Hukum InternasionalMemberikan pemahaman mendalam tentang diplomasi, governance global, dan jaringan dengan profesional PBB
Ingin menjadi data analyst profesional di perusahaan fintechData Science, Statistik Terapan, Business AnalyticsMenyediakan skill teknis (Python, R, SQL) dan portofolio proyek real-world
Ingin membuka usaha sendiri di bidang F&B berkelanjutanManajemen, Kewirausahaan, MBA dengan fokus sustainabilityMengajarkan business model canvas, funding, dan supply chain ramah lingkungan
Ingin menjadi pengajar/dosen di perguruan tinggi negeriPendidikan, Psikologi, atau jurusan yang linier dengan S1Memenuhi syarat akademik (minimal S2) dan membuka peluang riset publikasi
Ingin pindah ke luar negeri dan bekerja di startup global seperti di Silicon ValleyTeknologi Informasi, Digital Marketing, Bisnis InternasionalDiakui secara global, sering diajarkan dalam bahasa Inggris, dan memiliki alumni di Big Tech

Tabel di atas hanyalah contoh. Buatlah versi personal Anda sendiri dengan menyesuaikan mimpi, kemampuan finansial, dan realitas pasar kerja. Semakin spesifik tujuan Anda, semakin mudah memilih jurusan dan universitas yang tepat.

Menyatukan Semuanya

Dengan memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri melalui analisis SWOT, menyesuaikan pilihan jurusan dengan karier yang ingin dibangun, serta menentukan tujuan jangka panjang setelah menyelesaikan S2, Anda akan memiliki peta yang jelas untuk menentukan jurusan kuliah S2 yang tepat. Ketiga elemen ini ibarat kaki kursi—jika salah satu lemah, seluruh struktur akan goyah. Namun, jika ketiganya seimbang, Anda akan memiliki fondasi karier yang kokoh dan tahan lama.

Baca juga: Upaya Pemerintah Prancis untuk Kesejahteraan Masyarakatnya

Jangan tergesa-gesa. Luangkan waktu untuk refleksi dan riset mendalam. Konsultasikan dengan mentor, profesional di bidang yang Anda minati, atau konsultan pendidikan agar keputusan yang Anda ambil menjadi investasi yang tepat untuk masa depan Anda. Anda juga bisa bergabung dengan komunitas alumni S2 di LinkedIn atau forum seperti Reddit (r/gradschool) untuk mendapatkan insight langsung dari pengalaman orang lain. Ingat, keputusan ini akan mempengaruhi 10–20 tahun ke depan hidup Anda—maka, berikan yang terbaik dalam prosesnya.

Persiapkan Diri dengan Ultimate Education

Menentukan jurusan S2 adalah satu hal, tapi persiapan untuk masuk ke program S2 juga sama pentingnya. Banyak universitas di dalam maupun luar negeri mensyaratkan skor tinggi dalam tes kemampuan bahasa Inggris atau tes kemampuan akademik internasional. Skor rendah bisa menutup pintu masuk ke universitas impian, meskipun Anda memiliki latar belakang akademik dan profesional yang mumpuni. Oleh karena itu, persiapan tes harus dimulai minimal 6–12 bulan sebelum deadline aplikasi.

Tes-tes yang umum diwajibkan meliputi:

  • SAT – untuk program S2 di Amerika yang masih memerlukan tes standar
  • IELTS – diterima secara global, fokus pada kemampuan praktis bahasa Inggris
  • TOEFL iBT / TOEFL ITP – populer di Amerika dan Kanada
  • GMAT – untuk program bisnis, manajemen, dan MBA
  • GRE – untuk berbagai program S2, terutama sains, teknik, dan sosial
  • ACT – alternatif SAT untuk beberapa universitas
  • GED – untuk yang belum memiliki ijazah SMA setara

Untuk itu, Anda perlu bimbingan belajar yang profesional, terpercaya, dan terbukti menghasilkan hasil terbaik. Belajar mandiri memang mungkin, tapi sering kali kurang efektif karena tidak ada feedback real-time, strategi yang terpersonalisasi, atau simulasi ujian resmi.

Di sinilah Ultimate Education hadir sebagai solusi terbaik bagi Anda yang ingin mempersiapkan diri secara matang untuk kuliah S2, baik di dalam maupun luar negeri. Dengan pengalaman lebih dari 10 tahun mendampingi ribuan siswa meraih skor impian, Ultimate Education menawarkan pendekatan yang berbeda: bukan hanya mengajar materi, tapi membangun mindset juara dan strategi ujian yang tepat sasaran.

Ultimate Education menyediakan kursus intensif, strategi pembelajaran yang personal, serta tutor berpengalaman yang akan membantu Anda mencapai skor maksimal dalam setiap tes. Setiap siswa mendapatkan learning path khusus berdasarkan skor awal, target universitas, dan jadwal aplikasi. Kami juga menyediakan tryout berkala, analisis mendalam terhadap kelemahan, dan sesi motivasi untuk menjaga semangat belajar.

Dengan pendekatan yang sistematis dan dukungan penuh dari tim pengajar profesional, Anda akan lebih percaya diri menghadapi proses seleksi program S2. Banyak alumni kami yang berhasil masuk ke universitas top dunia seperti Harvard, Oxford, NUS, dan UI, serta mendapatkan beasiswa penuh berkat persiapan matang bersama Ultimate Education.

📌 Jangan hanya bermimpi tentang masa depan — wujudkan sekarang bersama Ultimate Education.

Ingin tahu lebih banyak tentang program bimbingan yang ditawarkan Ultimate Education? Hubungi kami hari ini dan dapatkan konsultasi GRATIS untuk menentukan langkah terbaik menuju masa depan pendidikan Anda. Tim konsultan kami siap membantu Anda dari A sampai Z: dari pemilihan jurusan, persiapan tes, penulisan motivation letter, hingga pengurusan visa studi. Jangan tunda lagi—satu langkah hari ini bisa mengubah seluruh trajektori karier Anda.