
Siapa sih yang nggak tergoda kuliah di Eropa? Bayangin aja, kamu bisa belajar di universitas top dunia seperti University College London (UCL), TU Delft, atau Sorbonne University, sekaligus menikmati suasana kota klasik penuh sejarah.
Dari menara Eiffel di Paris, kanal indah di Amsterdam, sampai arsitektur unik di Praha – pengalaman kuliah di Eropa itu nggak sekadar soal akademik, tapi juga gaya hidup dan petualangan budaya.
Tapi… ada satu hal yang sering bikin calon mahasiswa mikir dua kali: biaya hidup. Yap, tinggal di Eropa memang nggak murah. Di kota besar seperti London atau Paris, ongkos hidup bisa tembus €1,500 per bulan (sekitar Rp24 jutaan!).
Bandingkan dengan kota kecil di Eropa Timur, yang rata-rata cuma butuh setengahnya. Nah, kunci sukses studi di Eropa adalah pintar mengatur keuangan, bukan cuma pintar belajar.
Kabar baiknya, banyak trik supaya kamu tetap bisa kuliah dengan tenang tanpa dompet bolong. Yuk, kita bahas satu-satu!
Baca juga: Tips agar Bisa Kuliah ke Korea! Wujudkan Impikan Studimu di Negeri K-Pop!
Mengapa Hidup Hemat Itu Wajib di Eropa?
Menurut data Erasmus+, lebih dari 60% pelajar internasional berhasil menghemat hingga 30% biaya hidup mereka dengan strategi simpel: memilih kota terjangkau, memanfaatkan beasiswa, sampai kerja paruh waktu.
Artinya, dengan perencanaan matang, kamu tetap bisa hidup nyaman dan bahkan punya tabungan untuk jalan-jalan ke negara tetangga.
8 Tips Hemat Hidup dan Belajar di Eropa
1. Pilih Kota dengan Biaya Hidup Lebih Rendah
Nggak semua kota di Eropa bikin kantong jebol. Kota besar memang keren, tapi kota kecil atau wilayah Eropa Timur bisa jauh lebih ramah di dompet.
Contoh:
- Budapest (Hungaria): €500–700/bulan
- Krakow (Polandia): €500–800/bulan
- London (UK): €1,200–1,800/bulan
Dengan memilih universitas di kota seperti Porto atau Prague, kamu tetap dapat pendidikan berkualitas tapi dengan biaya hidup lebih bersahabat.
2. Manfaatkan Beasiswa Internasional
Beasiswa adalah sahabat terbaik pelajar hemat. Mulai dari program Erasmus+ Mundus, DAAD (Jerman), sampai beasiswa internal universitas, semua bisa jadi jalan pintas mengurangi beban finansial.
Tips praktis:
- Siapkan motivation letter yang kuat.
- Pastikan skor IELTS/TOEFL sesuai syarat.
- Konsultasikan persiapanmu dengan tutor profesional, misalnya lewat kursus di Ultimate Education.
3. Cari Akomodasi Murah tapi Nyaman
Akomodasi biasanya jadi pos pengeluaran terbesar setelah biaya kuliah. Pilihan hemat:
- Asrama kampus: €200–500/bulan
- Share house: €300–600/bulan
Kalau mau lebih irit, tinggal di pinggiran kota lalu gunakan transportasi umum. Banyak mahasiswa juga berbagi apartemen supaya biaya sewa lebih ringan.
Baca juga: Kenapa Kuliah Double Degree Itu Menarik? Ini Alasan dan Cara Dapetinnya!
4. Kerja Paruh Waktu untuk Tambahan Uang Jajan
Banyak negara Eropa mengizinkan mahasiswa kerja paruh waktu 10–20 jam/minggu. Profesi yang populer: barista, kasir toko, tutor bahasa, hingga staf restoran.
Perkiraan gaji: €8–15/jam
Kalau kerja 15 jam/minggu, kamu bisa dapat sekitar €500/bulan – lumayan banget buat biaya makan dan transportasi!
👉 Latihan wawancara kerja dengan Business English di Ultimate Education bisa bikin kamu lebih percaya diri saat apply kerja part-time.
5. Kuasai Bahasa Inggris dan Bahasa Lokal
Bahasa adalah investasi. IELTS 6.5–7.0 jadi syarat masuk universitas internasional, tapi jangan lupa bahasa lokal. Misalnya, bahasa Jerman bisa membantumu cari kerja sampingan di Berlin.
Pilihan belajar:
- Kursus online gratis (Duolingo, Deutsche Welle).
- Kursus intensif di lembaga resmi seperti Goethe-Institut.
- Atau, kalau butuh bimbingan serius, ikut kelas IELTS/TOEFL atau bahasa asing di Ultimate Education.
6. Transportasi? Pilih Cara Hemat!
Transportasi umum di Eropa memang nyaman, tapi bisa mahal kalau nggak pintar atur strategi.
Tips jitu:
- Gunakan kartu pelajar untuk diskon (contoh: OV-chipkaart di Belanda).
- Jalan kaki atau naik sepeda untuk jarak dekat.
- Cari universitas yang lokasinya dekat pusat kota.
Di beberapa kota, sewa sepeda cuma sekitar €20/bulan, jauh lebih murah daripada naik bus setiap hari.
7. Masak Sendiri Lebih Ekonomis
Makan di luar bisa bikin kantong cepat tipis. Solusinya? Masak sendiri!
Dengan belanja di supermarket murah seperti Lidl atau Aldi, biaya makan mingguan bisa ditekan hanya sekitar €30–50. Plus, kamu bisa bawa bumbu instan dari Indonesia biar nggak kangen rasa masakan rumah.
8. Bangun Jaringan dengan Sesama Mahasiswa
Gabung komunitas mahasiswa Indonesia atau organisasi internasional seperti Erasmus Student Network bisa jadi cara cerdas untuk dapat info seputar beasiswa, akomodasi, bahkan lowongan kerja part-time.
Selain itu, banyak konsultan pendidikan dan lembaga resmi (misalnya British Council) yang kasih seminar atau konsultasi gratis soal kuliah di luar negeri. Jangan malu-malu buat ikutan!
Baca juga: Kuliah S1 di Eropa Pake Beasiswa? Bisa Banget!
Tantangan yang Sering Dialami Pelajar Indonesia
Banyak pelajar Indonesia yang ingin menempuh pendidikan di luar negeri, terutama di wilayah Asia, Eropa, hingga Australia, sering kali merasa kurang siap dengan berbagai tantangan yang muncul setelah keberangkatan. Tantangan-tantangan ini tidak hanya muncul dari sisi akademik, tetapi juga dari aspek mental, adaptasi budaya, hingga manajemen finansial. Memahami tantangan ini sejak awal dapat membantu calon mahasiswa membuat strategi yang lebih matang sebelum berangkat. Selain itu, mengetahui apa yang mungkin terjadi di perantauan mampu mengurangi rasa kaget budaya dan mempermudah proses adaptasi selama masa studi.
- Biaya hidup tinggi: Solusinya pilih kota kecil atau kerja part-time.
Banyak negara tujuan studi memiliki biaya hidup yang cukup tinggi, terutama negara-negara di Eropa Barat, Amerika, dan Australia. Namun, pelajar sebenarnya bisa mengelola biaya ini dengan strategi yang tepat, seperti memilih akomodasi di pinggiran kota, memanfaatkan transportasi publik berbasis langganan, atau berbagi tempat tinggal dengan teman. Kota-kota kecil umumnya menawarkan biaya hidup yang jauh lebih rendah dibanding ibu kota, tetapi tetap memiliki fasilitas pendidikan yang berkualitas. Selain itu, bekerja part-time juga bisa menjadi cara efektif menambah pemasukan, sekaligus meningkatkan pengalaman kerja internasional yang sangat berharga untuk CV.
- Kesulitan bahasa: Mulai belajar IELTS atau bahasa lokal minimal 6 bulan sebelumnya (bisa lewat Ultimate Education).
Bahasa adalah salah satu faktor kunci kesuksesan studi di luar negeri. Banyak mahasiswa merasa kewalahan ketika harus memahami materi kuliah, berdiskusi, atau menulis esai akademik dalam bahasa yang bukan bahasa ibu mereka. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk memulai persiapan jauh-jauh hari, termasuk mengikuti kursus intensif IELTS, TOEFL, atau bahasa lokal negara tujuan. Latihan konsisten selama setidaknya enam bulan dapat meningkatkan kemampuan listening, speaking, reading, dan writing secara signifikan. Lembaga seperti Ultimate Education biasanya menyediakan bimbingan yang terstruktur dan sesuai standar internasional, sehingga persiapan dapat berjalan lebih optimal.
- Homesick: Gabung komunitas PPI atau masak makanan Indonesia di rumah.
Rasa rindu rumah adalah salah satu tantangan emosional terbesar bagi pelajar Indonesia di luar negeri. Jarak yang jauh, cuaca yang berbeda, hingga budaya baru sering membuat mahasiswa merasa kesepian. Untungnya, komunitas mahasiswa Indonesia seperti PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) hadir hampir di semua negara tujuan studi. Bergabung dengan komunitas ini bisa membantu mahasiswa menemukan teman baru, mendapatkan dukungan moral, hingga mengikuti kegiatan budaya yang membuat suasana terasa lebih familiar. Selain itu, memasak makanan Indonesia di rumah juga dapat menjadi cara menyenangkan untuk menghilangkan rasa rindu kampung halaman.
- Dana terbatas: Manfaatkan beasiswa parsial atau pinjaman pendidikan.
Keterbatasan dana adalah salah satu penghalang terbesar yang membuat banyak pelajar ragu melanjutkan studi ke luar negeri. Namun, saat ini tersedia berbagai jenis beasiswa, mulai dari beasiswa penuh, beasiswa parsial, hingga bantuan biaya hidup. Banyak universitas di Eropa juga memberikan keringanan biaya kuliah dan program tuition fee waiver bagi mahasiswa internasional berprestasi. Selain itu, pinjaman pendidikan dapat menjadi alternatif bagi yang membutuhkan fleksibilitas finansial. Dengan manajemen finansial yang baik dan perencanaan yang matang, studi ke luar negeri bukan lagi hal yang mustahil untuk diwujudkan.
Estimasi Biaya Hidup & Kuliah di Eropa (2025)
Eropa adalah salah satu destinasi favorit pelajar Indonesia karena menawarkan kualitas pendidikan yang sangat baik, lingkungan belajar multikultural, serta kesempatan untuk menjelajahi banyak negara melalui kebijakan visa yang fleksibel. Namun, sebelum memutuskan untuk berangkat, sangat penting bagi calon mahasiswa memahami estimasi biaya kuliah dan biaya hidup secara realistis. Perbedaan wilayah, kota, hingga gaya hidup akan sangat mempengaruhi total pengeluaran per bulan. Berikut adalah estimasi biaya studi di Eropa pada tahun 2025 yang bisa menjadi referensi awal.
- Biaya kuliah: €2,000–15,000/tahun (bahkan gratis di universitas negeri Jerman).
Kisaran biaya kuliah di Eropa sangat bervariasi tergantung negara, universitas, dan program studi yang diambil. Negara seperti Jerman, Norwegia, dan Finlandia dikenal menawarkan biaya kuliah gratis atau sangat rendah untuk mahasiswa internasional, terutama di universitas negeri. Sementara itu, negara seperti Belanda, Prancis, dan Swedia biasanya memiliki biaya kuliah di kisaran menengah, yakni €2,000 hingga €10,000 per tahun. Untuk jurusan-jurusan spesialis seperti kedokteran atau program berbasis riset, biayanya bisa mencapai €15,000 atau lebih.
- Biaya hidup: €500–1,500/bulan, tergantung kota.
Biaya hidup di Eropa sangat bergantung pada lokasi. Kota besar seperti Paris, Amsterdam, dan Zurich cenderung memiliki biaya hidup yang jauh lebih tinggi dibanding kota-kota pelajar seperti Leipzig, Lodz, atau Porto. Pengeluaran per bulan umumnya mencakup akomodasi, makanan, transportasi, internet, dan kebutuhan sehari-hari. Mahasiswa dapat menghemat biaya dengan memilih asrama kampus, memasak sendiri, dan memanfaatkan diskon pelajar yang banyak tersedia di Eropa.
- Transportasi: €20–50/bulan dengan diskon pelajar.
Banyak negara Eropa menyediakan kartu transportasi khusus pelajar yang menawarkan tarif sangat terjangkau. Dengan biaya langganan bulanan sekitar €20–50, mahasiswa bisa menggunakan bus, tram, hingga kereta dalam kota secara unlimited. Selain lebih hemat, penggunaan transportasi umum juga mendukung gaya hidup ramah lingkungan yang sangat digaungkan di Eropa.
Partner Belajar Bahasa dan Studi ke Luar Negeri
Mau lancar IELTS 6.5, TOEFL iBT 80, atau bahkan belajar bahasa Jerman dan Prancis dari nol? Ultimate Education siap bantu dengan:
- Kursus IELTS/TOEFL intensif.
- Kursus bahasa asing (Jerman, Prancis, dll).
- Les privat dan English course.
- Jasa translate & interpreter untuk dokumen kuliah dan wawancara visa.
Tutor-tutornya terkenal ramah, materi gampang dipahami, dan metode belajarnya seru. Jadi, kamu nggak cuma belajar bahasa, tapi juga dapat insight praktis soal studi di luar negeri.
Cek langsung di 👉 www.ultimateducation.co.id untuk info lebih lengkap.
Saatnya Wujudkan Mimpi Studi di Benua Biru!
Belajar di Eropa memang butuh persiapan ekstra, terutama dari sisi finansial. Tapi dengan strategi hemat seperti pilih kota terjangkau, masak sendiri, hingga memanfaatkan beasiswa, mimpimu kuliah di universitas top Eropa tetap bisa terwujud.
Jadi, mulai sekarang jangan tunda lagi. Riset universitas impianmu, latih kemampuan bahasa, dan jangan lupa cari teman seperjuangan. Dan kalau butuh bantuan profesional, Ultimate Education selalu siap jadi partner terbaikmu.
