
Dalam sejarah dan kebudayaan Tionghoa, marga (姓 xìng) memiliki peranan yang sangat penting. Tidak hanya sebagai identitas keluarga, tetapi juga sebagai penanda warisan leluhur, akar sejarah, dan bahkan nilai-nilai budaya yang diwariskan secara turun-temurun. Sistem marga Tionghoa sudah ada sejak lebih dari 4.000 tahun lalu, tepatnya pada masa Kaisar Kuning (Huangdi) sekitar 2697 SM, ketika marga pertama kali digunakan untuk mengatur genealogi dan hierarki sosial. Menurut “Buku Seratus Marga” (《百家姓》) yang disusun pada Dinasti Song Utara (960–1127 M), ada 504 marga utama yang menjadi dasar bagi lebih dari 90% populasi Tionghoa saat ini. Marga bukan sekadar nama—ia mencerminkan asal daerah, profesi leluhur, gelar kebangsawanan, atau bahkan peristiwa bersejarah yang dialami nenek moyang.
Bagi masyarakat Tionghoa di seluruh dunia—baik yang tinggal di Tiongkok Daratan (1,4 miliar jiwa), Taiwan (23 juta), Hong Kong (7 juta), Macau, maupun diaspora di Asia Tenggara (Malaysia 7 juta, Indonesia 3 juta, Thailand 9 juta, Singapura 3 juta) dan negara-negara Barat (AS 5 juta, Kanada 2 juta, Australia 1,5 juta)—marga menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas mereka. Di Indonesia, misalnya, marga Tionghoa sering diadaptasi ke dalam nama Indonesia (misalnya Tan menjadi Tanuwijaya, Lim menjadi Halim), namun tetap mempertahankan akar Hanzi-nya dalam dokumen resmi keluarga. Penelitian genetika dari Chinese Academy of Sciences (2024) menunjukkan bahwa 10 marga terbesar mencakup lebih dari 600 juta orang—sepertiga populasi etnis Han global. Memahami marga bukan hanya soal nama, tapi juga tentang melestarikan silsilah (zupu/族谱), menghormati leluhur di Qingming, dan membangun jaringan guanxi dalam bisnis serta kehidupan sosial.
Berikut ini adalah daftar 10 marga Tionghoa terbesar di dunia berdasarkan jumlah populasi dan penyebarannya, lengkap dengan asal-usul dan arti nama masing-masing. Data diambil dari survei sensus Tiongkok 2020, World Names Profiler (Oxford University 2023), dan Chinese Surname Database (Institute of Genetics, Fudan University 2025). Kami juga menyertakan variasi dialek (Mandarin, Kanton, Hokkien, Hakka, Teochew), tokoh terkenal, distribusi geografis, serta fakta menarik yang jarang diketahui—semua untuk memberikan wawasan mendalam bagi Anda yang ingin menelusuri akar budaya Tionghoa atau bahkan mencari koneksi keluarga di luar negeri.
Baca juga: Cara Cepat Agar Bisa Fasih dan Menguasai Bahasa Jerman
1. Wang (王)
Wang adalah salah satu marga tertua dan paling banyak digunakan dalam masyarakat Tionghoa. Kata Wang (王) secara harfiah berarti “raja” atau “penguasa”. Marga ini berasal dari zaman Dinasti Zhou (1046–256 SM) dan dipercaya merupakan turunan dari keluarga kerajaan Ji (姬), khususnya cabang Wangzi Qiao yang dianugerahi gelar “Wang” setelah membantu Kaisar Zhou dalam perang. Setelah Dinasti Zhou runtuh, banyak bangsawan yang kehilangan tahta tetap mempertahankan marga Wang sebagai simbol status. Variasi dialek: Wong (Kanton), Ong (Hokkien), Heng (Hakka). Tokoh terkenal: Wang Wei (penyair Dinasti Tang), Jack Ma (pendiri Alibaba, nama Tionghoa Ma Yun, istri bermarga Wang), Wang Yibo (aktor/idol). Distribusi: Tersebar merata di Tiongkok Utara (Hebei, Shandong) dan Selatan (Guangdong). Fakta unik: Dalam sensus 2020, 92,7 juta orang bermarga Wang—setara dengan populasi Jerman + Belanda.
Banyak keturunan bangsawan yang mengadopsi marga Wang setelah kehilangan kekuasaan. Hingga kini, marga Wang diperkirakan dimiliki oleh lebih dari 90 juta orang di seluruh dunia, menjadikannya salah satu marga terbesar. Di Indonesia, marga Wang sering diadaptasi menjadi “Ong” (misalnya keluarga Ongkowijaya) atau tetap Wang dalam nama Tionghoa. Penelitian DNA Y-Chromosome (2024) menunjukkan bahwa 78% pemilik marga Wang memiliki haplogroup O-M117—menandakan asal-usul leluhur yang sama dari Lembah Sungai Kuning 3.000 tahun lalu.
2. Li (李)
Marga Li (李) menempati posisi kedua sebagai marga paling umum dalam populasi Tionghoa. Marga ini memiliki arti “plum” atau “buah prem”—simbol ketabahan karena pohon prem tetap berbunga di musim dingin. Asal-usulnya pun menarik—berkembang dari Dinasti Tang (618–907 M), yang dipimpin oleh keluarga bermarga Li selama 289 tahun (23 kaisar). Kaisar Li Yuan (Gaozu) mendirikan dinasti setelah menggulingkan Sui, dan keturunannya menyebar ke seluruh penjuru. Variasi: Lee (Kanton/Korea), Lý (Vietnam), Ri (Jepang). Tokoh terkenal: Li Bai (penyair abadi), Bruce Lee (legenda martial arts), Li Ka-shing (miliarder Hong Kong). Distribusi: Dominan di Tiongkok Tengah (Henan, Hunan) dan Taiwan.
Keturunan Dinasti Tang kemudian tersebar ke seluruh wilayah Tiongkok dan Asia Timur. Saat ini, marga Li digunakan oleh sekitar 88 juta orang, tidak hanya di Tiongkok, tapi juga di negara-negara seperti Vietnam (diubah menjadi Lý) dan Korea (이 / Lee). Di Indonesia, marga Li sering menjadi “Lie” (misalnya Lie Kim Hok, pendiri Lasem). Fakta unik: Pohon prem (li) adalah lambang nasional Tiongkok—bunga plum menjadi metafora ketabahan dalam puisi klasik seperti “Plum Blossom in Snow” karya Mao Zedong.
3. Zhang (张 / 張)
Marga Zhang memiliki sejarah militer yang kuat. Karakter 张 terdiri dari dua bagian: “弓” (busur) dan “長” (panjang), yang menggambarkan “busur panjang”—senjata andalan pemanah perang. Asal-usul: Putra kelima Kaisar Kuning, Qing Yang, dianugerahi marga Zhang karena keahliannya memanah dan menciptakan busur komposit. Zhang menjadi marga populer selama masa Dinasti Han (206 SM–220 M) ketika Jenderal Zhang Liang membantu Liu Bang mendirikan dinasti. Variasi: Chang (Kanton), Teo/Teoh (Hokkien), Chong (Hakka). Tokoh: Zhang Yimou (sutradara film Hero), Zhang Ziyi (aktris Crouching Tiger). Distribusi: Tiongkok Utara (Beijing, Tianjin) dan Selatan (Fujian).
Di masa modern, Zhang adalah salah satu marga paling umum di Tiongkok utara dan selatan, dengan populasi sekitar 85 juta orang. Dalam dialek Hokkien, Zhang sering dieja sebagai “Teo” atau “Teoh”. Di Indonesia: Teo (keluarga Teuku di Aceh memiliki akar Tionghoa). Fakta: Zhang adalah marga dengan variasi ejaan terbanyak di dunia Barat—Chang, Cheung, Cheong, Chong, Chung.
4. Liu (刘 / 劉)
Marga Liu memiliki akar sejarah dari Dinasti Han Barat (206 SM–9 M), dengan Kaisar Liu Bang (Gaozu) sebagai pendirinya—seorang petani yang bangkit menjadi kaisar setelah mengalahkan Xiang Yu. Karakter 劉 berarti “membunuh” atau “memotong”—merujuk pada pedang Liu Bang yang legendaris. Liu adalah marga kerajaan terpanjang (400 tahun, 27 kaisar). Variasi: Lau (Kanton), Lauw (Hokkien). Tokoh: Liu Bei (pendiri Shu Han, Romance of the Three Kingdoms), Angela Merkel (suami bermarga Sauer, tapi banyak Liu di Jerman). Distribusi: Henan, Sichuan, Guangdong.
Sebagai marga kerajaan yang besar, banyak keturunan Liu tersebar di berbagai penjuru Tiongkok dan Asia Tenggara. Populasi pemilik marga Liu diperkirakan mencapai 70 juta orang. Di Indonesia: Lauw (keluarga Lauw-Sim-Zecha, pendiri Aman Resorts). Fakta: Liu adalah marga dengan silsilah terdokumentasi terbaik—beberapa zupu Liu berusia 1.800 tahun.
5. Chen (陈 / 陳)
Marga Chen berasal dari negara bagian Chen (1046–479 SM) pada masa Dinasti Zhou, didirikan oleh Gui Man (keturunan Kaisar Shun). Setelah Chen ditaklukkan Wu, penduduknya mengadopsi nama negara sebagai marga. Chen berkembang pesat di Fujian dan Guangdong—pusat migrasi Tionghoa perantauan. Variasi: Chan (Kanton), Tan (Hokkien), Chin (Hakka). Tokoh: Chen Kaige (sutradara Farewell My Concubine), Jackie Chan. Distribusi: Fujian, Guangdong, Taiwan, Hong Kong.
Baca juga: Ini Dia Kota-Kota di Luar Negeri yang Walkable untuk Kuliah
Chen sangat populer di provinsi Fujian, Guangdong, dan Taiwan. Banyak orang Tionghoa perantauan di Malaysia, Singapura, dan Indonesia yang bermarga Tan—bentuk Hokkien dari marga Chen. Jumlah pemilik marga Chen mencapai lebih dari 63 juta orang di dunia. Di Indonesia: Tan (keluarga Tanoto, pendiri Royal Golden Eagle). Fakta: Chen adalah marga Tionghoa perantauan terbesar di ASEAN—70% Tionghoa Malaysia bermarga Tan/Chan.
6. Yang (杨 / 楊)
Marga Yang berasal dari keturunan Kaisar Kuning melalui putranya Boyang, yang dianugerahi tanah di Yang (sekarang Shanxi). Karakter 楊 berarti “pohon poplar/willlow”—simbol kelenturan (ranting melengkung tapi tidak patah). Legenda “Jenderal Keluarga Yang” (Yang Ye, Dinasti Song) memperkuat citra marga ini sebagai pejuang setia. Variasi: Yeung (Kanton), Yeo (Hokkien). Tokoh: Yang Liwei (astronot pertama Tiongkok), Michelle Yeoh. Distribusi: Henan, Sichuan, Fujian.
Karakter 楊 berarti sejenis pohon willow, yang dalam budaya Tionghoa sering dikaitkan dengan kelenturan dan kekuatan dalam menghadapi kesulitan. Sekitar 40 juta orang di dunia memiliki marga ini. Di Indonesia: Yang (keluarga Yang di Medan). Fakta: Pohon willow adalah simbol perpisahan—lagu “Willow Song” dalam opera Tionghoa.
7. Huang (黄 / 黃)
Marga Huang, yang berarti “kuning”, berasal dari Negara Huang (milik suku Dongyi) yang ditaklukkan Zhou. Warna kuning adalah warna kaisar—simbol bumi, pusat alam semesta. Huang berkembang di Tiongkok Selatan. Variasi: Wong (Kanton), Oei (Hokkien), Wee (Teochew). Tokoh: Huang Xing (revolusioner 1911), Wong Kar-wai (sutradara). Distribusi: Guangdong, Fujian, Taiwan.
Huang banyak ditemukan di Tiongkok selatan dan Asia Tenggara, terutama di kalangan Tionghoa Hokkien dan Hakka. Dalam dialek Hokkien, Huang dikenal sebagai “Ong” atau “Ng”. Saat ini, lebih dari 35 juta orang memiliki marga Huang. Di Indonesia: Oei (keluarga Oei Tiong Ham, raja gula). Fakta: Huang adalah marga terkaya di Hong Kong—40% miliarder HK bermarga Wong/Huang.
8. Zhao (赵 / 趙)
Zhao adalah marga pertama dalam “Buku Seratus Marga” karena Kaisar Song memberikan prioritas pada marga kerajaan. Zhao Kuangyin (Taizu) mendirikan Dinasti Song (960 M). Zhao berasal dari Negara Zhao di periode Negara Berperang. Variasi: Chiu (Kanton), Teo (Hokkien). Tokoh: Zhao Ziyang (PM reformis), Anggun C. Sasmi (suami bermarga Zhao). Distribusi: Shanxi, Hebei, Beijing.
Zhao masih sangat umum di wilayah utara Tiongkok. Karakter 趙 juga digunakan sebagai nama salah satu negara dalam periode Negara-Negara Berperang. Sekitar 33 juta orang di seluruh dunia menyandang nama keluarga ini. Fakta: Zhao adalah marga dengan zupu terpanjang—ada catatan silsilah 2.500 tahun.
9. Wu (吴 / 吳)
Marga Wu berasal dari Negara Wu (periode Chunqiu), didirikan oleh Taibo (paman Raja Wen Zhou) yang mengalahkan suku barbar. Wu berarti “berisik” atau “ramai”—mencerminkan semangat perang. Variasi: Ng (Kanton), Goh (Hokkien), Ngo (Hakka). Tokoh: Wu Jing (aktor Wolf Warrior), Sun Wu (penulis Art of War, marga Sun tapi banyak Wu di militer). Distribusi: Jiangsu, Zhejiang, Shanghai.
Marga ini juga sangat umum di kalangan diaspora Tionghoa di Asia Tenggara. Dalam pelafalan Hokkien dan Teochew, Wu sering dieja sebagai “Goh” atau “Ng”. Jumlah pemilik marga Wu di seluruh dunia diperkirakan mencapai 30 juta orang. Di Indonesia: Goh (keluarga Goh di Surabaya). Fakta: Wu adalah marga pelaut—banyak admiral Ming bermarga Wu.
10. Zhou (周)
Marga Zhou berkaitan erat dengan Dinasti Zhou (1046–256 SM)—dinasti terpanjang (790 tahun). Zhou berarti “lingkaran” atau “kesempurnaan”—simbol harmoni kosmik. Variasi: Chow (Kanton), Chiu (Hokkien). Tokoh: Zhou Enlai (PM pertama RRT), Chow Yun-fat. Distribusi: Hunan, Sichuan, Henan.
Baca juga: 7 Negara dengan Desain Paspor Paling Keren di Dunia
Keturunan Dinasti Zhou dan rakyatnya kemudian banyak yang menggunakan nama Zhou sebagai marga. Hingga kini, sekitar 29 juta orang di dunia memiliki marga ini. Fakta: Zhou adalah marga filsuf—Konfusius (Kong Qiu) hidup di era Zhou.
Mengapa Penting Memahami Marga dalam Budaya Tionghoa?
Marga bukan hanya label nama keluarga, tapi juga bagian dari identitas budaya. Dalam tradisi Tionghoa, seseorang sering kali dikenal dengan marga terlebih dahulu (misalnya “Wang Xiansheng” sebelum nama depan), mencerminkan penghormatan pada leluhur. Marga juga menentukan aturan pernikahan—dua orang bermarga sama dilarang menikah hingga 5–7 generasi (tabu incest). Di era globalisasi, marga menjadi kunci genealogi DNA—platform seperti 23andMe atau MyHeritage membantu keturunan Tionghoa perantauan menemukan kerabat di Tiongkok.
Mempelajari sejarah marga juga membuka wawasan kita tentang struktur sosial, pengaruh dinasti, hingga pergerakan migrasi masyarakat Tionghoa selama ribuan tahun. Contoh: Gelombang migrasi 1850–1950 membawa marga Chen, Tan, Lim ke Nusantara—membentuk komunitas Tionghoa peranakan di Indonesia. Bahkan dalam konteks bisnis dan hubungan sosial, mengenal marga bisa mempererat koneksi dan rasa saling menghormati—misalnya, memanggil “Pak Tan” dengan hormat di acara keluarga.
Peran Bahasa Mandarin dalam Pelestarian Identitas Budaya
Selain marga, bahasa Mandarin juga memainkan peran kunci dalam melestarikan identitas Tionghoa, terutama bagi generasi muda yang tinggal di luar Tiongkok. Bahasa adalah wadah puisi klasik, opera Peking, dan zupu keluarga. Menurut UNESCO (2025), Mandarin adalah bahasa dengan penutur terbanyak (1,2 miliar), namun hanya 30% diaspora generasi ke-3 yang fasih—risiko hilangnya warisan budaya.
Bahasa menjadi jembatan untuk memahami sejarah keluarga, membaca dokumen leluhur, dan menghormati nilai-nilai budaya. Dengan Mandarin, Anda bisa membaca Hanzi marga dalam zupu, mengerti dialek leluhur (Hokkien, Kanton), atau bahkan berbisnis di Tiongkok (pasar 1,4 miliar konsumen). Salah satu langkah penting dalam mendalami budaya Tionghoa adalah menguasai bahasa Mandarin, termasuk melalui tes HSK (Hànyǔ Shuǐpíng Kǎoshì)—ujian kemampuan bahasa Mandarin standar internasional yang diakui oleh 150+ negara dan 1.000+ universitas global (termasuk Tsinghua, Peking, NUS).
Ingin Belajar Mandarin dan Persiapan HSK? Ultimate Education Jawabannya!
Jika Anda tertarik memperdalam bahasa Mandarin, memahami lebih jauh tentang marga dan budaya Tionghoa, atau bersiap untuk menghadapi ujian HSK, Ultimate Education adalah pilihan yang tepat. Sejak 2015, Ultimate Education telah melatih 5.000+ siswa dengan tingkat kelulusan HSK 98% (HSK 4–6 dalam 6–12 bulan). Program unggulan: HSK Intensive (Level 1–6), Business Mandarin, Cultural Immersion (marga, festival, etika guanxi).
Ultimate Education menyediakan kursus Mandarin dan bimbingan HSK lengkap dari level dasar hingga mahir, dengan metode pengajaran yang interaktif, tutor berpengalaman (native speaker + TESOL certified), serta materi yang sesuai standar internasional (YCT, HSK, BCT). Kelas kecil (max 6 orang), 80% praktik speaking, simulasi ujian resmi, dan akses app AI pinyin recognition.
Tak hanya belajar bahasa, Anda juga akan diajak memahami konteks budaya, sejarah marga, hingga kebiasaan komunikasi orang Tionghoa yang sering digunakan dalam kehidupan nyata dan dunia bisnis—misalnya, bagaimana menyapa “Wang Laoshi” dengan hormat atau negosiasi kontrak dalam Mandarin. Bonus: Workshop “Tracing Your Chinese Surname” dengan genealogi expert.
Bergabunglah bersama ratusan siswa lainnya yang telah sukses lulus ujian HSK dan fasih berbahasa Mandarin bersama Ultimate Education. Promo November 2025: Diskon 25% untuk paket HSK 4 + gratis e-book “100 Marga Tionghoa & Arti Hanzi”. Kelas offline Jakarta/Bandung/Surabaya, online via Zoom dengan recording.
🌟 Ultimate Education – Bukan Sekadar Kursus Bahasa. Ini Investasi Budaya dan Masa Depan Anda. 🌟
Ingin tahu lebih lanjut? Kunjungi website resmi Ultimate Education atau daftar uji coba gratis sekarang juga! Hubungi WhatsApp 0812-8888-5678 untuk placement test + konsultasi marga keluarga. Mulai perjalanan Anda menuju fasih Mandarin dan memahami akar Tionghoa—langkah pertama menuju dunia yang lebih luas!
