
Setiap negara di dunia memiliki kepercayaan dan mitos unik yang terbentuk dari sejarah, budaya, dan tradisi masyarakatnya.
Prancis, sebuah negara yang identik dengan keanggunan, mode, dan budaya tinggi, ternyata juga menyimpan sejumlah tahayul yang masih dipercayai oleh sebagian masyarakatnya hingga hari ini.
Meski dunia telah bergerak menuju era sains dan teknologi, berbagai kepercayaan turun-temurun ini tetap melekat dalam keseharian warga Prancis, baik secara sadar maupun tidak.
Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa tahayul atau kepercayaan yang dianggap membawa nasib baik maupun buruk oleh orang Prancis.
Beberapa mungkin terdengar aneh atau tidak masuk akal, namun di sinilah letak menariknya budaya – bahwa di balik segala kemajuan, manusia tetap menyimpan sisi spiritual dan mistis dalam hidupnya.
Baca juga: Budgetmu Terbatas & Ingin Kuliah Murah di Luar Negeri? Bisa Loh!
1. Kucing Hitam (Simbol Nasib Buruk)
Di banyak kebudayaan, kucing hitam sering dikaitkan dengan nasib buruk, dan Prancis bukan pengecualian. Bagi sebagian besar orang Prancis, melihat kucing hitam menyebrang jalan di depan mereka bisa menjadi pertanda buruk.
Asal-usul kepercayaan ini berakar dari Abad Pertengahan, ketika kucing hitam diasosiasikan dengan ilmu hitam dan penyihir.
Dalam masa itu, seseorang yang memelihara kucing hitam bisa saja dituduh sebagai penyihir. Dalam imajinasi kolektif, kucing hitam menjadi makhluk misterius yang membawa kutukan.
Namun uniknya, ada juga daerah di Prancis yang justru menganggap kucing hitam sebagai pembawa keberuntungan jika dirawat dengan baik. Dalam versi ini, si kucing disebut sebagai “matagot,” dan dipercaya dapat membawa kekayaan jika diperlakukan dengan hormat.
2. Menginjak Kotoran Anjing (Tergantung Kaki Mana)
Kepercayaan satu ini mungkin terdengar menjijikkan, tapi faktanya, banyak orang Prancis yang masih mempercayainya. Jika seseorang tanpa sengaja menginjak kotoran anjing, maka itu bisa menjadi pertanda baik atau buruk—tergantung kaki mana yang digunakan.
- Jika Anda menginjak kotoran anjing dengan kaki kiri, itu dianggap membawa keberuntungan.
- Sebaliknya, jika menggunakan kaki kanan, maka itu diyakini sebagai pertanda sial.
Kepercayaan ini mungkin lahir dari upaya masyarakat untuk menghibur diri dari kejadian tidak menyenangkan. Alih-alih merasa kesal karena menginjak kotoran, orang-orang mengubahnya menjadi harapan akan datangnya keberuntungan.
Ini menjadi contoh nyata bagaimana tahayul berfungsi sebagai mekanisme psikologis untuk menghadapi ketidaknyamanan dalam hidup sehari-hari.
Baca juga: 7 Fakta Unik tentang Jerman yang Ternyata Jarang Diketahui
3. Meletakkan Roti Terbalik (Mengundang Nasib Buruk)
Di Prancis, roti adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Mulai dari baguette, croissant, hingga pain au chocolat—roti menjadi simbol dari budaya makan mereka. Namun, meletakkan roti dalam posisi terbalik di meja dipercaya bisa mendatangkan kesialan.
Kepercayaan ini juga memiliki akar sejarah yang cukup panjang. Pada masa lalu, tukang roti akan menyisihkan satu roti khusus untuk algojo atau eksekutor yang bertugas melakukan hukuman mati.
Roti tersebut biasanya diletakkan dalam posisi terbalik sebagai penanda. Karena itu, masyarakat percaya bahwa meletakkan roti terbalik berarti mengundang kemalangan, bahkan kematian.
Hingga kini, di banyak rumah tangga Prancis, meletakkan roti secara terbalik di atas meja masih dianggap tidak sopan dan bisa membawa nasib buruk. Bahkan beberapa orang tua akan segera membalikkan roti yang terbalik demi menjaga “energi baik” di rumah.
4. Berjalan di Bawah Tangga (Pertanda Sial)
Tahayul ini cukup universal dan juga populer di Prancis. Berjalan di bawah tangga dianggap sebagai pertanda buruk dan bisa mendatangkan nasib sial. Alasan di balik kepercayaan ini berasal dari simbolisme segitiga.
Ketika sebuah tangga terbuka dan bersandar ke dinding, ia membentuk segitiga. Melewati area segitiga tersebut dianggap sebagai pelanggaran terhadap hal yang sakral dan bisa mendatangkan kutukan atau nasib buruk.
Meski tidak semua orang Prancis percaya secara serius, banyak yang memilih untuk menghindari berjalan di bawah tangga sebagai bentuk kehati-hatian. Tindakan ini sudah menjadi refleks budaya yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.
Baca juga: Negara yang Dianggap Paling GOAT untuk Menempuh Pendidikan
Tahayul Lainnya yang Masih Dipegang oleh Orang Prancis
Selain empat kepercayaan di atas, ada beberapa tahayul lain yang juga cukup populer di Prancis:
- Menyilangkan jari (croiser les doigts): Untuk mengharap keberuntungan.
- Mengetuk kayu (toucher du bois): Sama seperti “knock on wood” dalam budaya Anglo-Saxon, orang Prancis mengetuk kayu untuk menghindari nasib buruk setelah menyebutkan harapan atau hal baik.
- Memberi pisau sebagai hadiah: Dianggap membawa perpecahan dalam hubungan. Biasanya penerima harus “membayar” dengan uang koin kecil agar tidak membawa sial.
- Membuka payung di dalam rumah: Diyakini dapat mengundang kesialan.
Mengapa Tahayul Masih Bertahan di Era Modern?
Pertanyaan menarik adalah: mengapa masyarakat yang modern seperti Prancis masih memegang tahayul seperti ini? Jawabannya tidak sesederhana sekadar kepercayaan buta.
Tahayul berfungsi sebagai bentuk kontrol psikologis terhadap hal-hal yang tidak bisa dijelaskan secara rasional. Mereka memberikan rasa aman dan menjadi bagian dari identitas budaya.
Selain itu, sebagian besar tahayul tidak dipraktikkan secara serius. Banyak orang Prancis yang tahu bahwa kucing hitam atau roti terbalik tidak secara ilmiah membawa sial, tetapi mereka tetap menghindarinya sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi, atau sekadar untuk “jaga-jaga”.
Faktanya, kepercayaan terhadap tahayul tidak hanya terjadi di Prancis, tetapi juga di hampir setiap budaya di dunia. Di Jepang, misalnya, angka empat dianggap membawa kesialan karena pengucapannya mirip dengan kata “kematian”. Di Indonesia sendiri, beberapa orang masih menghindari duduk di depan pintu karena dianggap bisa menghalangi jodoh. Fenomena ini menunjukkan bahwa di balik kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, manusia tetap memiliki sisi emosional dan spiritual yang sulit dihapus sepenuhnya.
Tahayul sering kali diwariskan secara turun-temurun dan melekat dalam kehidupan sosial sehari-hari. Ia berperan sebagai simbol kebersamaan dan pengikat komunitas. Ketika seseorang mengikuti sebuah tahayul, sebenarnya ia tidak hanya mengikuti kepercayaan itu, tetapi juga berpartisipasi dalam warisan budaya yang telah hidup selama berabad-abad. Inilah sebabnya mengapa tahayul sulit dihapus, bahkan di tengah modernisasi yang pesat.
Dalam konteks psikologi modern, beberapa ahli menjelaskan bahwa tahayul dapat memberikan efek placebo yang menenangkan. Ketika seseorang percaya bahwa tindakan kecil—seperti mengetuk kayu atau menghindari angka tertentu—dapat membawa keberuntungan, otaknya merespons dengan menurunkan tingkat kecemasan. Hal ini menciptakan rasa kendali di tengah ketidakpastian hidup. Jadi, meskipun tidak rasional, efek psikologis dari tahayul sering kali nyata dan membantu sebagian orang menjalani hidup dengan lebih percaya diri.
Dari sisi budaya populer, tahayul juga terus hidup melalui film, literatur, dan media sosial. Banyak film horor, misalnya, masih memanfaatkan simbol-simbol tahayul untuk menciptakan suasana mencekam. Di media sosial, muncul pula tren membagikan “ritual keberuntungan” atau “larangan” tertentu yang diikuti secara viral. Fenomena ini memperlihatkan bahwa tahayul kini tidak hanya bagian dari tradisi lama, tetapi juga telah beradaptasi dengan bentuk hiburan dan komunikasi modern.
Dengan demikian, tahayul bukan hanya sisa dari masa lalu, melainkan juga refleksi dari sifat dasar manusia: keinginan untuk mencari makna, merasa aman, dan memahami hal-hal yang tidak pasti. Di tengah dunia modern yang serba logis, ternyata sedikit sentuhan “magis” masih memiliki tempat di hati banyak orang. Hal ini membuktikan bahwa kemajuan teknologi tidak selalu menghapus tradisi, melainkan dapat hidup berdampingan sebagai bagian dari kekayaan budaya manusia.
Antara Kepercayaan dan Tradisi Masyarakat
Menariknya, banyak tahayul Prancis yang diwariskan dari cerita rakyat, agama, hingga adat istiadat kuno. Mereka membentuk semacam narasi kolektif yang mengikat masyarakat dalam nilai-nilai yang sama, meski kadang terdengar tidak masuk akal.
Di sinilah letak keindahan kebudayaan: bahwa meskipun zaman berubah, manusia tetap memerlukan simbol, ritual, dan kepercayaan untuk menjalani hidup.
Belajar Bahasa dan Budaya Prancis
Bagi Anda yang tertarik mempelajari bahasa Prancis, memahami tahayul dan budaya seperti ini adalah langkah penting untuk benar-benar memahami konteks sosial dan psikologis masyarakatnya.
Bahasa bukan hanya tentang tata bahasa atau kosakata, tetapi juga tentang cara berpikir, merasa, dan bertindak dalam budaya yang menggunakannya.
Dengan mengetahui kebiasaan-kebiasaan seperti tahayul ini, Anda akan lebih mudah memahami isi percakapan sehari-hari, humor, ekspresi, bahkan nuansa non-verbal dalam interaksi dengan penutur asli Prancis.
Bila Anda tertarik untuk memperdalam pemahaman tentang bahasa dan budaya Prancis—termasuk aspek menarik seperti tahayul yang masih hidup dalam masyarakat modern—Ultimate Education adalah tempat yang tepat untuk memulainya.
Ultimate Education menyediakan kursus dan bimbingan persiapan ujian DELF (Diplôme d’Études en Langue Française) dengan pengajar profesional dan berpengalaman.
Kami tidak hanya mengajarkan tata bahasa, tetapi juga membimbing Anda memahami budaya Prancis secara menyeluruh, sehingga Anda dapat berkomunikasi dengan lebih percaya diri dan otentik.
Dengan pendekatan belajar yang interaktif, materi yang selalu diperbarui, dan suasana kelas yang mendukung, Ultimate Education menjadi pilihan terbaik bagi siapa pun yang ingin sukses dalam ujian DELF maupun menjelajahi dunia berbahasa Prancis dengan lebih dalam.
Jangan ragu untuk bergabung bersama kami dan rasakan pengalaman belajar bahasa Prancis yang menyenangkan, efektif, dan penuh makna.
