
Bidang kesehatan merupakan salah satu sektor paling penting dan terus berkembang. Tak heran, banyak institusi pendidikan di luar negeri yang menawarkan beasiswa khusus bagi mahasiswa bidang kesehatan, baik itu kedokteran, keperawatan, kesehatan masyarakat, farmasi, hingga nutrisi dan kebijakan kesehatan.
Namun, persaingan untuk mendapatkan beasiswa di bidang ini cukup ketat, karena memerlukan keunggulan akademik sekaligus kesiapan praktis.
Nah, agar kamu tidak salah langkah, berikut beberapa tips mendaftar beasiswa kesehatan luar negeri yang bisa membantumu lolos seleksi.
Baca juga: Budgetmu Terbatas & Ingin Kuliah Murah di Luar Negeri? Bisa Loh!
Tips Mendaftar Beasiswa Kesehatan Luar Negeri
Beberapa hal yang perlu kamu perhatikan sebelum mendaftar beasiswa kesehatan di luar negeri, yaitu:
1. Pilih Program yang Spesifik dan Sesuai Minat
Jangan asal mendaftar! Beasiswa kesehatan memiliki banyak cabang, seperti:
- Master of Public Health (MPH)
- MSc in Global Health
- Nursing and Midwifery programs
- Clinical Medicine
- Epidemiology and Biostatistics
Pilih program studi yang paling sesuai dengan latar belakang pendidikanmu dan cita-cita karier ke depan.
Beasiswa seperti Chevening (UK), Australia Awards, Erasmus Mundus, DAAD (Jerman), dan Fulbright (AS) sering kali memiliki fokus program kesehatan tertentu.
2. Kuasai Bahasa Inggris dan Sertifikat Resminya

Bahasa Inggris adalah kunci utama dalam mendaftar beasiswa luar negeri, terutama di bidang kesehatan yang sangat teknis dan akademik.
Hampir semua program beasiswa internasional mensyaratkan bukti kemampuan bahasa Inggris yang dibuktikan melalui skor dari tes resmi seperti IELTS, TOEFL iBT, atau kadang Duolingo English Test (tergantung universitas).
Namun, secara umum, program kesehatan memiliki standar skor yang lebih tinggi karena akan digunakan dalam membaca jurnal ilmiah, diskusi akademik, dan presentasi ilmiah. Misalnya:
- IELTS: Minimal 6.5 – 7.0 (beberapa program bisa meminta band writing minimal 6.5)
- TOEFL iBT: Minimal 90 – 100
- Duolingo English Test: Minimal 110 – 120 (jika diterima)
Catatan: Beasiswa LPDP atau Chevening biasanya menerima IELTS dan TOEFL. Sementara beasiswa dari universitas tertentu bisa fleksibel terhadap jenis tes.
3. Tulis Motivation Letter yang Spesifik & Berdampak
Motivation letter adalah salah satu dokumen paling krusial dalam proses seleksi beasiswa.
Di sinilah kamu bisa “berbicara langsung” dengan para penyeleksi dan menunjukkan siapa dirimu, apa yang kamu perjuangkan, serta bagaimana kamu akan memanfaatkan kesempatan beasiswa tersebut untuk membuat perubahan.
- Mengapa tertarik pada program tersebut
- Masalah kesehatan apa yang ingin kamu pecahkan
- Rencana setelah lulus (misalnya, kembali ke negara asal dan berkontribusi di sistem kesehatan)
Motivation letter yang kuat bisa jadi faktor penentu lolos tidaknya kamu di tahap akhir seleksi. Jadi, jangan asal menulis.
Baca juga: Tips Menulis Motivation Letter agar Tembus Kuliah ke Jerman
4. Siapkan Rekomendasi yang Relevan
Surat rekomendasi bukan sekadar formalitas, tapi menjadi salah satu dokumen kunci yang menunjukkan kualitas dan potensi dirimu dari sudut pandang profesional lain.
Dalam bidang kesehatan, surat rekomendasi harus mencerminkan kompetensimu dalam aspek akademik, etika, dan keterlibatan praktis.
Siapa yang Sebaiknya Memberikan Rekomendasi?
- Dosen atau Pembimbing Akademik
Terutama dari fakultas kedokteran, kesehatan masyarakat, keperawatan, farmasi, atau program lain yang relevan dengan jurusan tujuanmu. Pilih dosen yang:- Mengenalmu secara personal
- Pernah membimbingmu di kelas, proyek riset, atau skripsi
- Dapat menjelaskan kekuatan akademikmu secara konkret
- Atasan atau Supervisor Lapangan
Jika kamu pernah:- Magang di rumah sakit, puskesmas, atau klinik
- Terlibat dalam program KKN tematik kesehatan
- Bekerja di sektor kesehatan
Maka mintalah surat dari supervisor yang dapat memberikan gambaran kerja lapanganmu, kemampuan kerja sama, dan integritas.
- Peneliti Senior atau Dosen Peneliti
Jika kamu pernah ikut riset di bidang kesehatan (misalnya gizi, penyakit menular, atau kesehatan masyarakat), surat dari pembimbing riset bisa memperkuat kredibilitas ilmiahmu.
Baca juga: 6 Pertanyaan yang Sering Muncul dalam Interview Bahasa Inggris
5. Persiapkan Diri untuk Tahapan Seleksi Lanjutan
Setelah kamu lolos tahap administrasi seperti pengisian formulir, pengumpulan dokumen, dan pengiriman motivation letter, proses seleksi belum selesai.
Umumnya, program beasiswa bergengsi seperti Chevening, Fulbright, Australia Awards, LPDP, hingga Erasmus Mundus akan menyaring pelamar terbaik melalui tahapan lanjutan, seperti:
1. Wawancara (Interview)
Wawancara bertujuan untuk menilai kepribadian, motivasi, serta keseriusanmu terhadap program studi dan kontribusi ke depannya.
Pertanyaan yang biasa ditanyakan:
- Mengapa memilih bidang kesehatan?
- Apa kontribusi yang akan kamu berikan setelah lulus?
- Apa tantangan terbesar dalam sistem kesehatan Indonesia dan bagaimana kamu ingin mengatasinya?
- Mengapa memilih negara/universitas tersebut?
2. Tes Tambahan (Jika Ada)
Beberapa beasiswa atau universitas dapat meminta:
- Tes akademik tertulis untuk menilai logika, kemampuan berpikir kritis, atau pengetahuan dasar di bidang kesehatan.
- Esai tambahan terkait isu kesehatan, misalnya solusi untuk stunting di negara berkembang atau analisis sistem kesehatan universal.
Baca juga: Negara Paling Santuy dan Introvert Friendly untuk Study Abroad
Persiapan Beasiswa atau Latihan Esai di Bidang Kesehatan Bersama Ultimate Education
Ingin lebih siap menghadapi wawancara beasiswa atau latihan esai bidang kesehatan? Ultimate Education siap membantu kamu dari awal hingga akhir proses pendaftaran.
Mulai dari mentoring personal statement, simulasi interview, hingga pelatihan IELTS, semuanya tersedia untuk mendukung langkahmu menembus beasiswa impian!
