4 Aturan Kerja di Negara Jerman yang Bikin Warga +62 Iri
Jerman dikenal sebagai salah satu negara dengan sistem ketenagakerjaan terbaik di dunia.
Dengan kebijakan yang ketat dalam melindungi hak-hak pekerja, negara ini memberikan keseimbangan yang ideal antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi.
Tak heran jika banyak pekerja dari berbagai negara bermimpi untuk bisa bekerja di Jerman.
Sebagai perbandingan, jika melihat aturan ketenagakerjaan di Indonesia, masih banyak aspek yang membuat para pekerja harus bekerja lebih keras dengan perlindungan yang lebih sedikit.
Berikut adalah empat aturan kerja di Jerman yang mungkin bisa membuat pekerja di Indonesia merasa iri.
Baca juga: Sutradara Squid Game Ternyata Lulusan Kampus Bergengsi Korea
1. Lembur di Jerman Itu Ilegal, di Indonesia Malah Jadi Budaya
Di Jerman, lembur bukan hanya tidak disarankan, tetapi dalam banyak kasus, dianggap ilegal.
Undang-undang ketenagakerjaan Jerman mengatur bahwa seorang karyawan tidak boleh bekerja lebih dari 8 jam per hari atau 40 jam per minggu.
Jika ada situasi tertentu yang mengharuskan lembur, aturan tersebut tetap membatasi durasi kerja maksimal hingga 10 jam per hari dan harus diimbangi dengan istirahat yang cukup di hari lain.
Sementara di Indonesia, lembur masih menjadi budaya yang sangat umum, bahkan dianggap sebagai bentuk loyalitas kepada perusahaan. Banyak pekerja yang tetap bekerja melebihi jam kerja tanpa mendapat kompensasi yang layak.
Bahkan, ungkapan “dibayar terima kasih” sering menjadi candaan yang mencerminkan realitas bahwa tidak semua lembur dihargai secara finansial.
2. Cuti Tahunan Bisa Sampai 30 Hari di Jerman, di Indonesia Hanya 12 Hari
Hak cuti adalah aspek penting dalam kesejahteraan pekerja.
Di Jerman, seorang karyawan berhak mendapatkan cuti tahunan minimal 20 hari kerja, tetapi dalam praktiknya, banyak perusahaan memberikan hingga 30 hari cuti.
Jumlah ini belum termasuk cuti sakit, cuti melahirkan, dan berbagai cuti lainnya yang juga sangat dipermudah oleh sistem ketenagakerjaan mereka.
Di Indonesia, aturan cuti tahunan yang diatur dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan memberikan hak kepada karyawan untuk mendapatkan minimal 12 hari cuti setelah bekerja selama satu tahun.
Sayangnya, masih banyak perusahaan yang enggan memberikan cuti penuh, atau bahkan membuat karyawan merasa tidak nyaman saat mengajukan cuti, karena dianggap menghambat produktivitas perusahaan.
Perbedaan yang cukup signifikan ini menjadikan Jerman sebagai salah satu negara dengan keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi terbaik di dunia.
3. Jam Kerja Tahunan di Jerman Lebih Rendah Dibanding Indonesia
Di Jerman, rata-rata jam kerja tahunan seorang karyawan adalah sekitar 1.340 jam per tahun. Bandingkan dengan Indonesia, di mana rata-rata jam kerja tahunan mencapai 1.800 jam.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa pekerja di Jerman memiliki lebih banyak waktu untuk diri mereka sendiri, keluarga, dan kehidupan sosial.
Produktivitas di sana juga lebih tinggi karena para pekerja tidak kelelahan akibat jam kerja yang berlebihan. Sebaliknya di Indonesia, jam kerja yang panjang sering kali dianggap sebagai kewajaran.
Bahkan, beberapa pekerja rela bekerja lebih dari 40 jam per minggu demi mendapatkan penghasilan tambahan, mengingat upah minimum yang masih tergolong rendah di beberapa daerah.
4. Hari Minggu di Jerman Adalah Waktu Istirahat Total
Jika di Indonesia banyak pekerja yang tetap harus bekerja pada hari Minggu, di Jerman hari Minggu adalah waktu istirahat yang sangat dihormati. Tidak hanya bagi pekerja kantoran, tetapi juga untuk berbagai sektor usaha lainnya.
Berdasarkan Undang-Undang Perburuhan Jerman, mayoritas toko dan pusat perbelanjaan tutup pada hari Minggu.
Baca juga: 5 Kota Pilihan untuk Ausbildung yang Sewa Apartemennya Murah
Ini memberikan kesempatan bagi semua orang untuk benar-benar beristirahat dan menghabiskan waktu bersama keluarga.
Di Indonesia, banyak sektor pekerjaan yang tetap aktif pada hari Minggu, terutama industri ritel, layanan, dan sektor informal. Bahkan, bagi sebagian orang, akhir pekan justru menjadi waktu tersibuk dalam seminggu.
5. Gaji dan Tunjangan yang Lebih Menguntungkan
Salah satu daya tarik utama bekerja di Jerman adalah standar gaji yang tinggi dan tunjangan yang lengkap. Pemerintah Jerman menetapkan upah minimum yang terus disesuaikan dengan inflasi dan biaya hidup.
Pada tahun 2024, upah minimum di Jerman mencapai sekitar €12,41 per jam, yang berarti seorang pekerja penuh waktu bisa mendapatkan €1.987 per bulan (sekitar Rp34 juta, tergantung kurs).
Di Indonesia, upah minimum bervariasi tergantung daerah. Misalnya, UMP DKI Jakarta pada tahun 2024 berada di kisaran Rp5 juta per bulan, sementara di daerah lain bisa jauh lebih rendah.
Jika dibandingkan, pekerja di Jerman jelas mendapatkan kompensasi yang lebih besar dengan perlindungan lebih baik terhadap daya beli mereka.
Selain gaji pokok, pekerja di Jerman juga menikmati berbagai tunjangan yang mendukung kesejahteraan mereka. Beberapa di antaranya termasuk:
- Asuransi kesehatan yang mencakup hampir semua biaya medis
- Tunjangan pensiun yang menjamin kehidupan setelah masa kerja
- Tunjangan anak (Kindergeld) sekitar €250 per bulan per anak
- Subsidi transportasi dan tunjangan lainnya yang diberikan oleh banyak perusahaan
Di Indonesia, meskipun ada program BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan, cakupan manfaatnya masih terbatas dibandingkan dengan sistem perlindungan sosial di Jerman.
Dengan sistem yang lebih komprehensif, pekerja di Jerman bisa lebih tenang menghadapi masa depan.
6. Sistem Pelatihan Kerja yang Lebih Terarah
Jerman memiliki sistem pendidikan dan pelatihan kerja yang sangat mendukung karier para pekerjanya.
Salah satu program unggulan mereka adalah Ausbildung, yaitu sistem pelatihan vokasi yang memungkinkan peserta untuk belajar teori sambil bekerja di perusahaan.
Peserta Ausbildung tidak hanya mendapatkan pengalaman kerja, tetapi juga gaji selama masa pelatihan. Setelah lulus, mereka memiliki peluang besar untuk langsung bekerja di industri yang sesuai.
Di Indonesia, sistem pelatihan kerja masih menghadapi berbagai tantangan. Banyak lulusan yang merasa tidak siap untuk memasuki dunia kerja karena keterampilan yang mereka pelajari tidak selalu sesuai dengan kebutuhan industri.
Sementara itu, Jerman memastikan bahwa tenaga kerja mereka memiliki keahlian yang relevan, sehingga tingkat pengangguran pun lebih rendah.
Baca juga: Rekomendasi 3 Jurusan Populer yang ada di TAFE NSW Australia
Dengan sistem pelatihan yang lebih terarah, pekerja di Jerman memiliki peluang karier yang lebih jelas dan terstruktur.
Program seperti Ausbildung juga membuka kesempatan bagi tenaga kerja asing yang ingin bekerja di Jerman dengan jalur yang lebih mudah.
Ingin Bekerja di Jerman? Persiapkan Diri dengan Bahasa yang Tepat!
Melihat perbedaan aturan kerja di negara Jerman dan Indonesia, tidak heran jika banyak pekerja Indonesia merasa iri dengan sistem ketenagakerjaan yang diterapkan di sana.
Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi menjadi prioritas utama di Jerman, sementara di Indonesia, masih banyak perusahaan yang menuntut loyalitas pekerja dengan jam kerja panjang dan hak cuti yang terbatas.
Namun, bukan berarti sistem di Indonesia tidak bisa berubah.
Dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesejahteraan pekerja, diharapkan ke depannya regulasi ketenagakerjaan di Indonesia bisa lebih baik dan lebih manusiawi.
Jika kamu tertarik untuk bekerja di Jerman, salah satu syarat utama yang harus kamu kuasai adalah bahasa Jerman.
Banyak perusahaan di negara Jerman yang mengharuskan pekerjanya memiliki sertifikasi bahasa seperti TestDaF, sebagai bukti kemahiran berbahasa Jerman.
Untuk mempersiapkan diri, Ultimate Education hadir sebagai solusi terbaik bagi kamu yang ingin belajar bahasa Jerman dan mengikuti pelatihan TestDaF.
Dengan pengajar berpengalaman dan kurikulum yang dirancang khusus, kamu dapat belajar dengan efektif dan siap menghadapi tantangan di dunia kerja internasional.
Jangan tunda lagi, raih kesempatan emas untuk bekerja di Jerman dengan persiapan yang matang. Hubungi Ultimate Education sekarang dan mulai perjalananmu menuju karier impian!